Kanal24, Malang – Pakar Tata Kota dari Universitas Brawijaya (UB), Fauzul Rizal Sutikno, ST., MT., Ph.D., baru-baru ini memberikan wawancara pada Senin (08/07/2024) terkait standar penilaian walkability (keberjalan kaki) kota-kota di Indonesia, khususnya Malang. Dalam wawancara tersebut, Fauzul membahas beberapa kata kunci dan metode penilaian yang sering digunakan oleh mahasiswa riset di UB, termasuk “Walker Index.”
Fauzul menyatakan bahwa penilaian walkability dapat dimulai dari skala kota hingga skala koridor spesifik. Ia menjelaskan, “Ada komponen-komponen sederhana yang dapat digunakan untuk menilai walkability kota. Salah satunya adalah menggunakan skala kota yang lebih spesifik, seperti koridor tertentu.”
Baca juga: Manfaat Jalan Kaki Bagi Kesehatan Tubuh
Namun, Fauzul mengungkapkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya mengadopsi standar walkability internasional. “Sayangnya, standar internasional seperti Walkability Score belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (KPUPR) telah memiliki standar trotoar yang komprehensif, namun penerapannya masih terbatas karena keterbatasan sumber daya ekonomi kota.
“Kalau standar kita sudah ada, seperti standar trotoar yang sudah dibuat oleh kementerian. Namun, penerapannya masih terbatas karena sumber daya ekonomi kota yang harus dibagi,” jelasnya.
Fauzul juga menyoroti bahwa Kota Malang memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan walkability, tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut seperti beberapa masalah yang dihadapi pejalan kaki di Kota Malang, seperti kurangnya penghargaan terhadap pedestrian dan infrastruktur yang kurang memadai. Ia memberikan contoh dari pengalamannya sendiri berjalan kaki di sekitar kota, “Saya tinggal di Bunga-Bunga, sering berjalan kaki 20 menit dari rumah ke kampus. Namun, saya melihat bahwa trotoar masih kurang memadai dan banyak baliho yang mengganggu pejalan kaki.”
Menurut Fauzul, kebijakan transportasi yang ada juga belum sepenuhnya mendukung pejalan kaki. “Kebijakan transportasi kita masih fokus pada kendaraan bermotor. Penghargaan terhadap pedestrian masih kecil,” tambahnya.
Meskipun begitu, Fauzul optimis bahwa dengan perencanaan yang tepat dan komitmen dari pemerintah kota, Kota Malang dapat meningkatkan walkability-nya. “Jika kita bisa menyediakan infrastruktur yang memadai dan mengubah kebijakan transportasi, Kota Malang bisa menjadi kota yang ramah pejalan kaki,” ujarnya.
Baca juga: Manfaat Jalan Kaki Bagi Kesehatan Tubuh
Fauzul juga mengajak pemerintah kota untuk melihat walkability sebagai bagian penting dari pengembangan kota. “Mungkin teman-teman dari Pemkot bisa mempertimbangkan untuk mendaftarkan Kota Malang dalam Walkability Score internasional. Ini bisa menjadi motivasi untuk terus meningkatkan infrastruktur pejalan kaki,” tutupnya.
Dengan adanya perhatian lebih terhadap walkability, Fauzul berharap Kota Malang bisa menjadi contoh kota yang ramah pejalan kaki di Indonesia. “Masyarakat akan lebih nyaman berjalan kaki, yang tentunya berdampak positif bagi kesehatan dan lingkungan kota,” pungkasnya. (nid)