Kanal24, Malang – Pasca terlaksananya debat calon presiden putaran pertama, Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cita mengadakan diskusi bertajuk Plus Minus Debat Capres Perdana yang diadakan secara daring pada Minggu (17/12/2023).
Diskusi akhir pekan yang membahas seluk beluk debat perdana calon presiden ini dihadiri oleh sejumlah pakar politik dan komunikasi.
Prof. Anang Sujoko, selaku praktisi komunikasi menjelaskan bahwa setelah terselenggarakannya debat calon presiden pada pekan lalu, mengakibatkan munculnya keramaian yang menimbulkan kata-kata baik yang menguatkan, maupun mendorong pihak tertentu untuk berbicara pada hal-hal yang sebetulnya merusak hak-hak publik.
“Jika diperhatikan dengan seksama, masing-masing pendukung pasangan calon presiden menambah keriuhan pada sebuah pertikaian. Gagasan menjadi pertikaian kata dan permainan diksi menjadi sebuah upaya untuk menjatuhkan orang lain,” ujar Prof. Anang.
Dalam debat capres yang disiarkan secara nasional tersebut, muncul beberapa pelajaran yang menarik untuk dibahas. Tiap-tiap paslon memainkan komunikasi non verbal khas masing-masing.
Prof. Anang menjelaskan bahwa capres nomor satu dalam menyampaikan pendapatnya seringkali menggunakan gestur tangan yang netral, tidak menunjuk dan menembak lawan bicaranya. Sedangkan capres nomor dua menggunakan gerakan tangan dan telunjuk yang lebih aktif.
Capres nomor satu memiliki komunikasi non verbal yang memadukan ekspresi yang cenderung tertata. Diksi yang dipilih mengandung arah berpikir yang runtut. Beberapa kalimat yang dipilih pun cenderung memiliki keterukuran.
Disamping itu, capres nomor tiga menggunakan penekanan antara kata dan cara penyampaian yang lebih tenang dan tidak menimbulkan resistensi. Sedangkan calon presiden nomor dua dalam debatnya lebih menekankan power dan ketegasan.
“Memang benar seorang pemimpin butuh ketegasan, namun jika tidak didukung dengan ide, gagasan dan data yang cukup brilian, ketegasan dan power saja akan menimbulkan penilaian emosional,” terang Prof. Anang.
Prof. Andi Faisal Bakti, dosen Universitas Syarif Hidayatullah juga sepakat terhadap argumen Prof. Anang.
“Pada kesempatan debat kali ini capres nomor dua mengambil posisi membela rezim pemerintahan saat ini. Sehingga wajar jika capres nomor satu dan nomor tiga seolah sejalan mengemukakan pandangannya yang seringkali menabrak capres nomor dua,” terang beliau.
Dalam hal manajemen waktu, calon presiden nomor urut satu berhasil memanfaatkan waktu yang diberikan oleh moderator. Dengan menggunakan data dan pemahaman terhadap pertanyaan, capres 01 dapat menjelaskan dengan alur yang mengalir. Sedangkan capres lain tidak melakukan hal tersebut. Seringkali capres 02 dan 03 masih memiliki waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasannya.
Sementara itu, Dr Hendri Satrio turut memberikan tanggapan terhadap terlaksanakannya debat capres putaran pertama ini.
“Dalam debat pertama ini, capres nomor satu lebih bebas berbicara. Karena dari awal debat, Capres 01 langsung menarik garis tebal bahwa dirinya berada di luar rezim dan mengusung perubahan,” ucap dosen Universitas Paramadina.
Beliau menyayangkan perilaku capres 02. Karena menurutnya capres 02 seperti takut mengecewakan Jokowi.
“Jika masyarakat tidak melihat ia mumpuni sebagai pemimpin, maka elektabilitasnya akan segera turun seiring berjalannya waktu,” terang Dr Hendri.
Menurutnya capres 03 mau mengambil risiko bicara perihal yang sebetulnya bisa menyerang balik dirinya. Ia berani bicara memiskinkan koruptor dan gerakan anti korupsi. Selain itu, ia juga berani sedikit menyentil capres 02 dalam pembahasan hak asasi manusia.
Dr Hendri menyimpulkan jika secara substansi, debat putaran pertama ini Anies menjajaki peringkat pertama, kemudian Ganjar dan disusul Prabowo.
Pada diskusi ini para ahli sepakat bahwa dari seluruh calon presiden, capres 02 masih perlu dan harus memberikan performa terbaiknya dalam debat lanjutan. Jika tidak, keterpilihannya dalam Pemilu mendatang akan menurun. Karena apa yang dikatakan dan dilakukan akan berpengaruh terhadap bagaimana seseorang memandang karakter dan pribadi diri seorang individu. (fan)