Kanal24, Malang – Kota Malang tengah mengkaji potensi optimalisasi Jalan Soekarno Hatta sebagai destinasi wisata ekonomi. Pakar Tata Kota Universitas Brawijaya (UB), Fauzul Rizal Sutikno, ST., MT., Ph.D., mengungkapkan pandangannya terkait hal ini.
“Ketika saya dikonfirmasi mengenai wisata di Jalan Soekarno Hatta, saya melihat lebih dalam dari sisi informalitas untuk memahami apakah PKL atau ekonomi informal di jalan ini menarik bagi konsumen,” ujarnya.
Menurut Fauzul Rizal, secara visual, Jalan Soekarno Hatta memang sangat menarik dan ramai. Hal ini memicu keinginannya untuk mengetahui apakah dari sisi ekonomi, jalan ini menjadi magnet bagi konsumen. Temuan awal menunjukkan bahwa jalan ini sangat ramai, namun dari sisi pengelolaan, terutama terkait PKL, muncul beberapa masalah yang perlu menjadi perhatian.
“Banyak temuan menunjukkan bahwa sektor ekonomi informal adalah jantung kota-kota di negara berkembang. Jalan ini menarik, lokasinya yang dekat dengan kampus UB dan beberapa kampus lain menjadikan Soekarno Hatta sebagai daerah yang ramai dan dicari banyak orang. Namun dari sisi pengelolaan, PKL ini berada pada area abu-abu,” tuturnya.
Rizal juga membandingkan potensi Soekarno Hatta dengan Jalan Kayutangan, area wisata terkenal di Malang. Menurutnya, pendanaan besar dari pemerintah pusat membuat Kayutangan hidup kembali, sedangkan Soekarno Hatta sudah ramai secara alami dan mungkin tidak memerlukan dana sebesar itu.
“Kayutangan mendapatkan banyak dukungan finansial dari pemerintah pusat, menjadikannya area yang hidup. Sementara itu, Soekarno Hatta sudah ramai secara alami. Jadi, biaya finansial yang dibutuhkan mungkin tidak sebesar itu. Namun, branding dan pengelolaan tetap penting,” katanya.
Rizal juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah kota dan provinsi dalam pengembangan Jalan Soekarno Hatta. Menurutnya, pengalihan kelas jalan dan penataan pedestrian harus dilakukan dengan koordinasi yang baik.
“Dalam konteks pengembangan ekonomi, pemegang kebijakan memiliki peluang besar untuk merubah situasi. Misalnya, menjadikan Soekarno Hatta sebagai area wisata. Jika dikelola dengan baik, pasti akan berhasil. Tinggal masalah waktu saja,” jelasnya.
Rizal juga menyarankan beberapa langkah konkret yang bisa diambil. Misalnya, memperluas area pedestrian dengan paving block dan meningkatkan kelas jalan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Menurutnya, generasi muda yang menjadi penggerak ekonomi konsumsi sangat penting untuk diperhatikan, karena konsumsi mereka sangat tinggi.
“Generasi muda adalah penggerak ekonomi konsumsi. Mereka suka tempat-tempat yang bisa dipakai untuk selfie. Jadi, jika Soekarno Hatta dijadikan area wisata, harus bisa menarik minat mereka,” tutupnya.
Optimalisasi Jalan Soekarno Hatta sebagai destinasi wisata ekonomi bukan hanya soal estetika, tetapi juga tentang bagaimana mengelola dan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada secara maksimal, melalui kolaborasi antara berbagai pihak terkait. (nid)