KANAL24, Tangerang- PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) segera meneken perjanjian kerja sama perawatan pesawat di zona ekonomi Dubai South, Uni Emirat Arab pada September 2019. Selanjutnya, perseroan juga menjajaki peluang ekspansi di benua Australia dan Afrika.
Direktur Utama GMF Aero Asia Tazar Marta Kurniawan mengatakan, perseroan akan mendirikan perusahaan patungan ( joint venture /JV) bersama perusahan yang bergerak pada bisnis pesawat jet di Dubai South. Pihaknya belum dapat mengungkap berapa porsi saham GMF di JV tersebut, termasuk detail mitra kerjasama ini.
“Ekspansi di Timur Tengah telah mengerucut ke Dubai South. Kita sedang finalisasi, dan mudah-mudahan bisa tandatangan pada bulan depan. Hanggarnya sudah ada di sana,” jelas dia, usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Tangerang, Banten, Kamis (29/8).
Tazar mengatakan, ekspansi ke luar negeri merupakan upaya perseroan untuk menjadi 10 perusahaan teratas dunia di bisnis maintenance, repair and overhaul (MRO). Setelah Timur Tengah, perseroan mengincar Australia dengan rencana pembentukan anak usaha di negeri kangguru tersebut. Adapun, peluang kerjasama dengan mitra setempat yang dijajaki adalah line maintenance .
Menurut dia, dengan menggandeng mitra lokal, perseroan tak perlu mengeluarkan investasi dalam jumlah besar. Pasalnya, perseroan hanya menyalurkan tenaga ahli yang berpengalaman dalam melebarkan ekspansi secara internasional.
“Pelanggan dari berbagai maskapai asing ingin GMF punya fasilitas di luar negeri. Dan kami akan berkompetisi secara internasional dengan sertifikat yang kami punya,” tutur Tazar.
Sementara itu, ketika perseroan menghadiri forum Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue ( IAID ) 2019 di Bali baru-baru ini, perseroan juga melihat potensial kerjasama dengan mitra pada negara-negara Afrika.
Tazar menjelaskan, ekspansi di Afrika membuka peluang untuk perseroan menangani perawatan pesawat untuk maskapai Eropa dan Amerika Serikat. Pihaknya melirik negara Afrika di bagian Barat lantaran posisi geografis yang cenderung strategis.
“Dengan potensi pelanggan dari Eropa dan Amerika, kami bisa menawarkan perawatan pesawat narrow dan wide body . Biaya operasional di sana juga cenderung lebih rendah,” kata dia.
Pasar internasional dan diversifikasi bisnis, kata Tazar, juga menjadi langkah GMF dalam mengurangi resiko bisnis dan meningkatkan kinerja perseroan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya komposisi pendapatan non-afiliasi dari 45% pada semester I-2018 menjadi 49% di semester I-2019.
Tercatat,komposisi pendapatan dari pelanggan internasional juga meningkat dari 19% per Juni 2018 menjadi 21% per Juni 2019. Tidak hanya itu, mulai beroperasinya anak usaha GMF seperti PT Garuda Daya Pratama Sejahtera dan PT Garuda Energi Logistik dan Komersial sejak awal tahun 2019 lalu juga turut memberikan sumbangsih pendapatan sebesar US$ 8,7 Juta.
Dirut Baru
RUPSLB GMF Aero Asia menyetujui pengangkatan Tazar Marta Kurniawan sebagai pemimpin perseroan yang baru, menggantikan Iwan Joeniarto yang saat ini menjabat sebagai Direktur Teknik dan Layanan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
Sebelum ditunjuk menjadi Direktur Utama, Tazar menjabat sebagai Direktur Bisnis dan Base Operation di GMF sejak Mei tahun 2018.Adapun, Tazar dibantu oleh empat direktur GMF yang lain yakni, I Wayan Susena, Beni Gunawan, Asep Kurnia, dan Edward Okky Avianto.
Sementara itu, susunan komisaris GMF Aero Asia berdasarkan hasil RUPSLB adalah,I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra sebagai Komisaris Utama, Maria Kristi Endah Murni sebagai anggota dewan komisaris, serta dua komisaris independen yakni Trisno Hendradi dan Ali Gunawan.
Dilansir dari investrdaily hingga Juni 2019, GMF berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 246,3 juta, melonjak 10,3% dibanding periode sama tahun lalu US$ 223,3 Juta. Sebagian besar pendapatan disumbangkan oleh segmen repair dan overhaul sebesar US$ 207,4 juta, dimana perawatan engine menjadi segmen dengan pertumbuhan pendapatan tertinggi, naik 31% secara year on year dari US$ 46,5 juta menjadi US$ 61 juta.
Menurut Tizar, pihaknya berupaya untuk meningkatkan pencapaian di sisa tahun 2019, antara lain dengan meningkatkan keuntungan dari segmen engine . Saat ini, profitability engine dipengaruhi oleh utilisasi dari kapasitas terpasang dan inhouse capability yang belum optimal.
“Pengembangan inhouse capability ini terus dilakukan guna menarik devisa negara yang selama ini keluar dan diharapkan dapat mendorong profitability segmen engine terus bertumbuh,” ujar Tazar.
Sesuai rencana, keuntungan ini akan mencapai optimal jika telah mencapai lebih dari 100 engine shop visit pertahun yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2021.
GMF, lanjut Tazar, juga berusaha menyeimbangkan komposisi portofolio bisnis MRO dengan meningkatkan kapasitas airframe maintenance yang memiliki keuntungan tinggi. (sdk)