KANAL24, Jakarta – Kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal II tahun 2020 (2Q20) sebesar 5,32%, sudah diperkirakan secara luas, namun pertumbuhan sepanjang 2020 diprediksi masih bisa mencapai0,2%.
Tim Riset Indo Premier menyebutkan, kontraksi 2Q20 sebesar 5,32% yoy dari kenaikan sebesar 2,97% di 1Q20, disebabkan oleh kontraksi di sektor konsumsi dan investasi, masing-masing sebesar 5,73% dan 8,61% yoy. Kontraksi terutama dipicu oleh upaya-upaya mengatasi pandemi dan penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ). Di sisi lain ekspor neto masih mencatatkan pertumbuhan positif karena kontraksi impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor.
“Kami berpandangan bahwa meskipun kontraksi PDB lebih dalam dari konsensus di -4,72% yoy, namun sudah diantisipasi,” ungkap Tim Riset, Rabu (5/8/2020).
Baca juga:
Pertumbuhan Ekonomi 2Q20 Minus 5,32%
Antisipasi tersebut dengan memperhatikan bahwa sebagian besar indikator utama sudah menunjukkan kontraksi yang dalam. Namun, “Kami percaya ekonomi masih akan mencatat pertumbuhan 0,2% pada tahun 2020,” ungkap Tim Riset.
Mereka berpendapat, peningkatan aktivitas ekonomi pada 2H20 akan bergantung pada realisasi belanja pemerintah.
“Dalam pandangan kami, pemanfaatan dana pemerintah yang terbaik adalah dengan menyalurkan belanja pemerintah ke sektor riil (misalnya, belanja bantuan sosial, belanja material/barang dan terkait kesehatan).” (sdk)