KANAL24, Jakarta – Pemerintah akan memberikan fasilitas super tax deduction atau diskon pajak besar-besaran bagi perusahaan yang berinvestasi dalam program pengembangan vaksin Covid-19.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto dalam Indonesia Economic Prospects (IEP): The Long Road To Recovery yang diselenggarapan Bank Dunia, Kamis (16/7/2020).
“Kami mengundang korporasi, pebisnis, dan stakeholder untuk menggunakan fasilitas super tax deduction,” kata Airlangga.
Fasilitas super tax deduction akan diberikan pemerintah kepada perusahaan atau pelaku usaha yang mengembangkan vokasi serta riset dan pengembangan. Dalam konteks penanganan Covid-19, perusahaan atau pelaku usaha yang ikut berinvestasi dalam proses pengembangan vaksin Covid-19 bisa memanfaatkan fasilutas fiskal tersebut.
“Mereka dapat menggunakan fasilitas ini,” jelas Airlangga.
Fasilitas super tax deduction sendiri merupakan paket fasilitas fiskal yang digunakan untuk menarik minat para investor. Salah satu poin fasilitas ini adalah pengurangan penghasilan bruto paling tinggi 200%.
Sebagaimana diketahui, program pengembangan vaksin virus korona di Indonesia melibatkan banyak pihak di dalam maupun luar negeri. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah memaparkan progres dan rencana pengembangan vaksin Corona di Indonesia kepada Komisi IX DPR, Selasa (14/7).
Untuk mengembangkan vaksin COVID-19 di Indonesia, pemerintah melakukan dua bentuk kolaborasi yaitu kolaborasi dalam negeri dan kolaborasi internasional. Untuk kolaborasi dalam negeri, pemerintah fokus memproduksi seed atau bibit vaksin menggunakan isolat virus Indonesia.
Untuk platform pengembangan bibit vaksin yang dikembangkan pemerintah itu menggunakan protein rekombinan sub-unit virus SARS -cov-2. Rencananya, pengembangan bibit vaksin ini dimulai pada awal 2021 mendatang, uji preklinis pada semester I-2020 dan terakhir uji klinis pada semester II-2020.
“Untuk kolaborasi dalam negeri telah dibentuk konsorsium vaksin COVID-19 atas inisiatif dari Kemenristek BRIN dengan lead konsorsium adalah lembaga Eijkman dan melibatkan institusi lain yaitu Balitbangkes, Biofarma, Perguruan Tinggi seperti UNAIR dengan target pelaksanaan uji klinis pada semester II-2021,” kata Terawan, Selasa (14/7).
Selain itu, untuk kolaborasi internasional sendiri, progres pengembangan vaksinnya sebagian sudah mulai berjalan. Kolaborasi ini dilakukan oleh 4 badan di antaranya PT Biofarma dengan Sinovac, PT BCHT dengan China National Biotech Group Company Limited, PT Kalbe Farma dengan Genexine, dan PT Biofarma dengan CEPI .(sdk)