Kanal24 – Pemerintah Indonesia terus mengambil langkah-langkah inovatif untuk meningkatkan ketahanan pangan di negara ini. Salah satu strategi terbaru adalah pengembangan dan produksi padi varietas unggul. Meskipun tantangan produktivitas padi masih ada, pemerintah optimis dengan upaya terus-menerus dalam mencari, mengembangkan, dan memproduksi varietas unggul, target Indeks Ketahanan Pangan Indonesia akan terus membaik.
Di tengah kemarau panjang 2023, hamparan padi yang menguning tidak menghentikan pertumbuhan padi galur unggul di Demonstrasi Area Pangan PT Sang Hyang Seri. Lahan seluas 47 hektare di Desa Ciasem Girang, Kecamatan Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, menjadi tempat di mana sejumlah varietas unggul ditanam. Pada akhir pekan lalu, Kementerian Pertanian mengumumkan panen dari varietas padi seperti MSP 65, Inpari 48, dan Mantap.
MSP 65, dengan masa panen singkat hanya 65 hari, menjadi sorotan utama. Arief Prasetyo Adi, Pelaksana Tugas Menteri Pertanian, berharap bahwa pelepasan varietas seperti MSP 65 dapat memberikan alternatif yang baik bagi petani, terutama dalam menghadapi musim kering.
Selain mengatasi tantangan musim kering, Kementerian Pertanian juga harus mencapai target pemenuhan produksi pangan nasional, termasuk peningkatan produksi beras dari 31 juta ton menjadi 35 juta ton setara beras tahun ini. Arief menekankan perlunya kerja sama dari semua pihak, termasuk kementerian dan lembaga terkait, serta kalangan akademisi.
Tidak hanya Kementerian Pertanian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga aktif dalam memproduksi padi varietas unggul. Dengan memanfaatkan teknologi pemuliaan mutasi radiasi sinar gamma, BRIN telah berhasil melepas 35 varietas unggul padi. Irawan Sugoro, Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi Organisasi Tenaga Nuklir BRIN, menjelaskan bahwa teknologi iradiasi sinar gamma dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional, terutama di tengah perubahan iklim dan tantangan lingkungan.
Hasil mutasi genetik dari teknologi ini memungkinkan usia tanam padi dipersingkat menjadi tiga bulan, sementara produktivitas dapat meningkat hingga dua kali lipat, tergantung pada jenis varietasnya. Kunci ketahanan pangan nasional semakin terlihat dalam kontribusi padi super.
Padi super memiliki peran sentral dalam pencapaian Indeks Ketahanan Pangan Indonesia. Indeks ini menilai kinerja daerah dalam memenuhi urusan pangan, keamanan, gizi, dan terjangkau baik dari segi harga maupun lokasi. Jenis padi ini telah mengalami pemuliaan genetik untuk meningkatkan hasil panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan tertentu.
Panen padi unggulan di beberapa daerah, seperti Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah, memberikan gambaran positif terhadap kontribusi padi super. Riset dan penerapan varietas unggul baru di Jawa Tengah, misalnya, berhasil meningkatkan produktivitas padi sawah. Produktivitas padi nasional dalam bentuk gabah kering giling (GKG) juga meningkat, memberikan kontribusi positif terhadap ketahanan pangan nasional.
Data terakhir BPS menunjukkan peningkatan produksi padi nasional pada 2022, meskipun luas panen mengalami penyusutan. Namun, proyeksi untuk 2023 menunjukkan penurunan dalam luas panen dan produksi padi. Peran padi super dalam menjaga ketahanan pangan menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan ini.
Menurut Economist Impact, Indeks Ketahanan Pangan Global (GFSI) Indonesia pada 2022 mencapai 60,2 poin, menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Namun, beberapa indikator masih perlu perhatian, seperti ketersediaan pasokan, kualitas dan keamanan pangan, serta keberlanjutan dan adaptasi pangan.
Pemerintah terus mendorong pengembangan dan penemuan padi super sebagai langkah proaktif menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa depan. Berbagai varietas unggul yang telah berhasil dipanen pada 2023 menunjukkan potensi besar padi super dalam mendukung ketahanan pangan Indonesia. Atomita 1, 2, 3, 4, Cilosari, Situ Gintung, Danau Atas, Merauke, Winongo, Kahayan, Diah Suci, Mayang, Yuwono, Mira-1, Mira-2, Inpari Sidenuk, Bestari, Pandan Putri, semuanya memberikan harapan baru untuk masa depan ketahanan pangan Indonesia.
Sumber : Dwitri Waluyo