KANAL24, Jakarta – Kementerian Perdagangan (kemendag) terus memacu peningkatan komoditas rempah Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya dengan pemetaan peluang pasar produk rempah di Pasar Mesir dan India. Hal ini terselenggara atas kerja sama Kementerian Perdagangan melalui FTA Center Makassar dengan Atase Perdagangan di Kairo, Mesir dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chennai, India.
“Mesir merupakan pasar yang menjanjikan bagi produk rempah Indonesia karena kebutuhan masyarakatnya akan rempah, seperti pala dan cengkeh sangat tinggi. Indonesia menempati posisi nomor satu sebagai negara eksportir cengkeh ke Mesir,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan, dilansir dari keterangan resmi Kementerian Perdagangan, pada Rabu (8/7/2020).
Atase Perdagangan Kairo Irman Adi Purwanto Moefthi mengatakan, para importir Mesir sangat memerhatikan kualitas produk yang masuk di negaranya. Sehingga, para eksportir Indonesia perlu menyiapkan dokumen ekspor yang dilengkapi dengan certificate of analysis dari laboratorium, certificate of phytosanitary dari Badan Karantina Pertanian untuk produk tumbuhan, serta dokumen tambahan lain sesuai permintaan buyers.
“Para pelaku usaha yang berniat mecari buyers di Mesir dapat menghubungi kami sebagai perwakilan perdagangan di Mesir. Sebagai langkah awal, kami akan memfasilitasi pertemuan dengan para importir atau para pelaku usaha yang sudah berpengalaman dan mengetahui prosedur pengiriman barang, keamanan pangan (food safety), dan label produk,” kata Irman.
Adapun nilai total ekspor rempah Indonesia ke Mesir periode Januari―April 2020 tercatat sebesar USD 1,42 juta. Untuk cengkeh (HS 9071) tercatat sebesar USD 1,12 juta, kayu manis (HS 9061) tercatat sebesar USD 181 ribu, pala (HS 9081) sebesar USD 100 ribu, lada (HS 9041) sebesar USD 13 ribu dan jahe (HS 9109) tercatat sebesar USD 6000.
Kemudian, nilai ekspor rempah Indonesia ke India periode Januari―April 2020 untuk cengkeh (HS 0907) tercatat sebesar USD 7,9 juta; biji pala, bunga, dan kapulaga (HS 0908) tercatat sebesar 7,3 juta; kopi (HS 0901) tercatat sebesar USD 5,9 juta; lada (HS 0904) tercatat sebesar USD 3,29 juta; serta jahe, kunyit, temulawak (HS 0910) tercatat sebesar USD 1,8 juta.
Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Chennai Kumara Jati mengungkapkan, untuk pasar india, peluang pasar rempah Indonesia juga berpeluang besar karena mayoritas masyarakatnya membutuhkan rempah-rempah sebagai obat, kegiatan keagamaan, kosmetik, aroma terapi, dan minuman.
“Rempah Indonesia berpotensi besar di India karena tingginya kebutuhan masyarakat akan bahan mentah rempah. Selain itu, rempah-rempah Indonesia memiliki kestabilan harga yang tinggi, serta adanya penurunan tarif pajak dan kemungkinan pembebasan pajak untuk transaksi guna kepentingan re-ekspor dalam negeri India,” jelas Kumara.
Menurut Kumara, India menerapkan standar rempah-rempah yang diekspor ke India harus memiliki bau, rasa, warna, dan aroma identik dengan rempah India. Selain itu, produk rempah harus diproduksi, disimpan, dan diangkut dengan aman agar tidak terkontaminasi bahan kimia fisik dan biologis. Selanjutnya, semua produk terutama makanan harus dikemas dan diberi label sesuai Food Safety And Standards India (FSSAI). (sdk)