KANAL24, Jakarta – Pemerintah optimistis pertumbuhan industri pada tahun 2022 akan mampu menyentuh di angka 5 – 5,5 persen dengan syarat tidak terjadi gelombang besar kasus Covid-19. Oleh karena itu, berbagai program dan kebijakan strategis yang mendukung laju kinerja sektor industri terus digulirkan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga target bisa terpenuhi.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan untuk tahun ini pertumbuhan industri diharapkan bisa menyentuh level 4,5 – 5 persen. Namun untuk kinerja triwulan khususnya pada triwulan II tahun 2021, sektor industri manufaktur berhasil mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,91 persen meskipun di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19.
“Tentunya kita berharap laporan triwulan III tahun 2021 yang akan dirilis awal bulan Oktober 2021 ini akan terus menumbuhkan optimisme bagi kita untuk menjalankan pembangunan di sektor industri manufaktur,” kata Agus di Jakarta, Kamis (7/10/2021).
Agus menegaskan, pihaknya tetap fokus menjalankan program dan kebijakan unggulan yang dapat menopang performa sektor industri. Misalnya, pelaksanaan program substitusi impor 35 persen pada tahun 2022. Upaya strategis ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendorong penguatan struktur industri manufaktur di dalam negeri.
“Strategi ini ditempuh guna merangsang pertumbuhan investasi di sektor industri substitusi impor dan peningkatan utilitas industri domestik. Kebijakan tersebut akan didukung dengan optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),” tuturnya.
Agus mengemukakan, kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional pada triwulan II tahun 2021 lalu sebesar 17,34 persen. Adapun lima kontributor terbesar sektor industri terhadap PDB nasional adalah industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri alat angkut, serta industri tekstil dan pakaian jadi.
Sementara itu, data Bank Dunia menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2020 saat pandemi Covid-19 menjangkit di seluruh negara dunia, Indonesia masih mampu mempertahankan status sebagai negara industri atau manufactured based dengan kontribusi sektor (migas dan nonmigas) terhadap PDB nasional melampaui 18 persen.
“Berbagai langkah dilakukan Kemenperin untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri, antara lain adalah mendorong hilirisasi, substitusi impor, dan mendorong industri dalam negeri sebagai bagian rantai pasok global,” ungkap Agus.(sdk)