KANAL24, Malang – Kepemimpinan pada masa yang akan datang membutuhkan sosok pemimpin yang mampu bersikap inklusif dan mengelola keberagaman yang ada menjadi satu kekuatan untuk kemajuan. Hal tersebut diungkapkan pakar kepemimpinan UB Djanalis Djanaid kepada ratusan mahasiswa di Masjid Raden Patah UB, Kamis (22/9/2022).
Sikap inklusif ini diperlukan untuk dimiliki karena realitas masyarakat yang ada semakin beragam sehingga pemimpin yang terbuka dan mampu mengayomi smeua menjadi tuntutan jaman.
“Pemimpin masa depan harus inklusif sehingga para mahasiswa hari ini yang merupakan calon pemimpin harus belajar untuk bersikap seperti itu,” ujar Djanalis.
Untuk membentuk karakter tersebut menurut pakar kepemimpinan UB dapat dilatih sejak dini melalui berbagai metode seperti aktif berorganisasi, kemampuan komunikasi dan negosiasi.
Dalam organisasi mahasiswa dapat berlatih untuk memimpin tim dalam skala kecil, melakukan komunikasi dan juga melakukan negosiasi. Dengan pola yang seperti ini menurut Djanalis maka mahasiswa dari awal akan memiliki kemampuan komunikasi dengan masyarakat yang beragam, kemampuan memimpin dan lainnya.
Tidak kalah penting menurutnya adalah kemampuan negosiasi yang merupakan salah satu strategi dalam berkomunikasi.Dalam skala global Djanalis mencontohkan banyak pemimpin hebat dunia yang tampil dengan kemampuan negosiasi antar bangsa yang mumpuni.
“Negosiasi ini penting karena ketika memimpin masyarakat tidak semuanya bisa satu suara sehingga negosiasi dapat menjadi salah satu pilihan dalam mewujudkan pola kepemimpinan,” lanjutnya.
Pada masa yang akan datang Djanalis melihat Indonesia dengan segala sumber daya yang dimiliki akan memainkan peranan penting sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang kuat dalam kepemimpinan.
“Indonesia merupakan negara besar dan saat ini memiliki banyak usia produktif sehingga merupakan kesempatan emas bagi mahasiswa hari ini untuk tampil menjadi pemimpin masa depan,” pungkas Djanalis. (sdk)