Kanal24, Malang — Persoalan sampah tempurung kelapa yang selama ini kerap dianggap sepele di kawasan wisata Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang, ternyata menyimpan dampak lingkungan yang serius. Tingginya aktivitas wisata, khususnya konsumsi kelapa muda oleh pengunjung, menghasilkan tumpukan limbah tempurung yang mencemari kawasan pesisir, mengganggu estetika pantai, sekaligus berpotensi merusak ekosistem laut jika tidak dikelola dengan baik.
Merespons kondisi tersebut, tim dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) menggagas program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertajuk “Pengelolaan Sampah Kelapa sebagai Penunjang Kegiatan Ekonomi Hijau Berkelanjutan di Desa Nelayan Kondang Merak”. Program ini dilaksanakan sepanjang Oktober hingga Desember 2025 dengan melibatkan kelompok ibu-ibu nelayan serta pengelola Pantai Kondang Merak sebagai mitra utama.
Selama ini, limbah tempurung kelapa di kawasan wisata tersebut hanya dikumpulkan seadanya atau dibuang di area terbuka, sehingga menimbulkan tumpukan sampah yang sulit terurai. Padahal, tempurung kelapa memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai ekonomi, seperti arang, bahan bakar alternatif, maupun kerajinan ramah lingkungan. Potensi inilah yang menjadi dasar pendekatan ekonomi hijau yang ditawarkan oleh tim pengabdian FPIK UB.

Sebagai langkah awal, tim pengabdian menyerahkan sejumlah peralatan pendukung berupa alat pengering tempurung kelapa dan gerobak pengangkut sampah. Fasilitas tersebut dirancang untuk membantu masyarakat dalam proses pengumpulan, pengeringan, dan pengolahan limbah tempurung kelapa agar lebih efisien dan higienis. Dengan adanya peralatan ini, masyarakat tidak hanya didorong untuk menjaga kebersihan pantai, tetapi juga mulai diperkenalkan pada pola pengelolaan sampah yang produktif dan berkelanjutan.
Ketua tim pengabdian, Fahreza Okta Setyawan, S.Kel., M.T., menegaskan bahwa perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini. “Kami ingin masyarakat tidak lagi memandang tempurung kelapa sebagai limbah, tetapi sebagai sumber nilai ekonomi yang dapat mendukung kesejahteraan sekaligus menjaga kelestarian pantai,” ujarnya.
Puncak kegiatan pengabdian dilaksanakan pada (10/12/2025) di Balai Pertemuan Kampung Nelayan Kondang Merak melalui workshop pengelolaan pantai wisata berkelanjutan. Kegiatan ini menghadirkan pemateri dari East Java Ecotourism Forum (EJEF) yang membahas pentingnya integrasi antara pengelolaan lingkungan, pariwisata, dan ekonomi masyarakat lokal. Peserta mendapatkan pemahaman mengenai konsep wisata berkelanjutan, tata kelola sampah pesisir, hingga peluang ekonomi yang dapat dikembangkan dari limbah kelapa.
Workshop ini disambut antusias oleh peserta, terutama kelompok ibu-ibu nelayan yang selama ini memiliki peran penting dalam aktivitas ekonomi rumah tangga di kawasan pesisir. Melalui pendampingan yang dilakukan, mereka didorong untuk melihat pengelolaan sampah sebagai bagian dari peluang usaha, bukan sekadar beban lingkungan. Selain itu, pengelola pantai juga dibekali wawasan mengenai pentingnya kebersihan kawasan wisata sebagai faktor utama dalam menjaga daya tarik destinasi.
Program pengabdian ini dilaksanakan oleh tim dosen FPIK UB yang terdiri atas Fahreza Okta Setyawan, Prof. Defri Yona, dan Dr. Sunardi, dengan dukungan dua mahasiswa yang terlibat aktif dalam kegiatan lapangan. Keterlibatan mahasiswa menjadi bagian dari pembelajaran kontekstual, sekaligus memperkuat peran perguruan tinggi dalam mendampingi masyarakat secara langsung.
Melalui pendekatan kolaboratif antara akademisi dan masyarakat pesisir, program ini diharapkan mampu menjadi model pengelolaan sampah berbasis ekonomi hijau yang dapat direplikasi di kawasan wisata pesisir lainnya. Tidak hanya berfokus pada penanganan dampak, kegiatan ini juga menekankan pentingnya pencegahan dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Ke depan, tim pengabdian berharap inisiatif ini dapat berkembang menjadi usaha mikro berbasis pengolahan limbah kelapa yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Dengan demikian, kebersihan lingkungan, keberlanjutan wisata, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi dapat berjalan beriringan di Pantai Kondang Merak.(Din)










