Apabila kita mau jujur membuka lembaran-lembaran sejarah tentang bangsa ini, maka kita akan menjumpai berbagai peristiwa pengkhianatan dalam sebuah perjalanan sejarah bangsa Indonesia melalui berbagai gerakan politik yang bertentangan dengan dasar negara Pancasila. Penghianatan demi penghianatan yang dilakukan bahkan telah mengusik sisi kemanusiaan, karena dalam setiap gerakannya selalu menggunakan kekerasan, pertentangan kelas dan antar kelompok hingga pembunuhan dan pembantaian. Gerakan anti kemanusiaan dan anti demokrasi ini secara konsisten telah pertontonkan dengan sempurna oleh komunisme dalam pentas sejarah Indonesia dan dunia.
Tercatat dalam sejarah setidaknya hampir 80 kali gerakan penghianatan yang dilakukan atas bangsa ini dengan menggunakan kekerasan dan mengorbankan rasa kemanusiaan yang dilakukan oleh komunisme di Indonesia melalui Partai Komunis Indonesia (PKI). Setidaknya tercatat ada lebih kurang 500.000 ribu orang dibunuh oleh Lenin Pimpinan Partai Komunis di Rusia antara tahun 1917-1923. Sementara Stalin membantai 40 juta orang di Rusia antara tahun 1975-1978, Mao tse tung membantai 50 juta rakyatnya antara tahun 1947-1976 di China. Pol pot membantai 2.5 juta orang di Kamboja pada tahun 1975-1979. Sementara di Eropa timur dibantu Rusia Soviet partai komunis membantai 1 juta orang, di Amerika latin lebih 150.000 orang yang dibunuh, Afrika sekitar 1.7 juta orang dibunuh , Najibullah Afganistan (1978-1987) 1.5 juta orang rakyatnya sendiri dibantai.
Pertanyaannya adalah mengapa komunisme begitu istiqomah dalam memperjuangkan cita-citanya untuk menjadikan Indonesia negeri komunis melalui cara-cara radikal ekstrimis dan teroris dengan melakukan pembantaian terhadap musuh-musuh dan lawan politiknya. Hal ini karena komunisme yang dibangun atas ideologi Atheisme sangat minim dalam konsepsi nilai moral dalam membangun hubungan kemanusiaan dan memperlakukan manusia sebagai manusia (human humanization). Bagi komunisme masyarakat harus hidup dalam sebuah komunal yang dalam menyampaikan aspirasinya hanya boleh melalui satu partai. Sementara inti partai ada pada elit partai yang terdiri dari segelintir orang saja. Karena tidak adanya konsepsi norma dan nilai dan dipadu dengan elitisitas itulah maka manusia akan dipandang sebagai objek yang harus patuh pada segala apapun kehendak partai. Bahkan disisi yang lain komunisme memahami bahwa cara dalam mengajukan ide konsepnya dan berinteraksi dengan kelompok lain adalah dengan melakukan perlawanan klas atau class strugle.
Sehingga kekerasan yang menyertai sejarah komunisme bukanlah peristiwa yang tiba-tiba, melainkan buah dari cara pandang ideologisnya itu, yang berfokus pada perlawanan yang tentu akan melahirkan kekerasan sebagai bagian proses gerakan revolusi yang ingin wujudkan. Bahkan tokoh utama komunisme Karl marx (1818-1883) pernah berkata: “Bila waktu kita tiba, kita tak akan menutup-nutupi terorisme kita.” Vladimir Ilich Ullyanov Lenin (1870- 1924) juga menyatakan: “Saya suka mendengarkan musik yang merdu, tapi di tengah revolusi sekarang ini, yang perlu adalah membelah tengkorak, menjalankan keganasan dan berjalan dalam lautan darah.” Satu lagi tulisannya: “Tidak jadi soal bila ¾ penduduk dunia habis, asal yang tinggal ¼ itu komunis. Untuk melaksanakan komunisme, kita tidak gentar berjalan di atas mayat 30 juta orang.
Bukanlah menjadi rahasia umum lagi, manakala kekerasan, pembunuhan bahkan pembantaian menjadi warna tak terpisahkan pada kalangan komunis dalam melancarkan gerakan politiknya. Sehingga untuk mencapai kekuasaan tertinggi politik suatu negara bangsa maka mereka tidak segan-segan melakukan pembunuhan hingga pembantai. Artinya kekerasan yang mereka lakukan menemukan justifikasinya adalah sebab ketiadaan bangunan moral yang melandasi perbuatan mereka terlebih pula mereka meyakini atas pemahaman yang di bangun oleh machiavelli bahwa untuk mewujudkan mimpi kekuasaannya dan segala bentuk kepentingannya adalah dapat dilakukan dengan cara apa saja secara bebas tanpa batasan nilai apapun, menghalalkan segala cara untuk mewujudkan segala apapun tanpa rasa berdosa sebab mereka juga tidak mempercayai agama dan hari pertanggungjawaban (akherat). Sehingga harga sebuah nyawa bagi kalangan komunis amatlah murah dan tidak berharga, bahkan hal demikian adalah bagian dari upaya mencapai sebuah tujuan.
Pada hal yang demikian tersebut diatas amatlah bertentangan dengan spirit nilai-nilai islam tentang bagaimana harusnya memperlakukan manusia dan memuliakannya. Sebagaimana Firman Allah swt :
۞وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. (QS. Al-Isra’ : 70)
Bahkan membunuh satu jiwa adalah sebuah tindakan dosa besar dan dianggap sama dengan membunuh manusia semuanya. Sebagaimana Firman Allah swt :
مِنۡ أَجۡلِ ذَٰلِكَ كَتَبۡنَا عَلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗاۚ وَلَقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرٗا مِّنۡهُم بَعۡدَ ذَٰلِكَ فِي ٱلۡأَرۡضِ لَمُسۡرِفُونَ
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi. (QS Al-Ma’idah : 32)
Inilah keagungan nilai-nilai islam dalam memuliakan ummat manusia sehingga kehidupan yang tercipta adalah realitas penuh penghargaan dan saling menghormati dan menjaga kemuliaannya. Akhirnya nantinya akan tercipta kehidupan yang harmonis dan damai. Dan Islam sangatlah menghormati sikap saling toleran dan kasih sayang serta membenci sikap saling khianat dan saling merendahkan. Nilai-nilai islam telah menempatkan manusia dalam posisi terhormat, baik sebagai diri personal, hubungan antar pribadi yang berbeda, ataupun interaksi antar kelompok, semua diletakkan secara adil proporsional dan sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Sementara pada ideologi lain telah memperlakukan manusia dalam posisi yang rendah dan terhinakan sekalipun mereka mencoba membingkainya dengan argumentasi yang seakan-akan indah logis rasional dan menawan hati (seperti istilah feminisme, toleransi, pluralisme, egalitarianisme, humanisme dan sebagainya), walau sesungguhnya mereka sedang membuat kerusakan bagi ummat manusia. Sebagaimana Firman Allah swt :
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ
Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan. (QS Al-An’am :112)
Semoga Allah swt menjaga negeri ini dari para pengkhianatnya dan semoga Allah mencurahkan kasih sayang pada negeri ini dan melindungi agamanya dari segala fitnah dari para pembuat fitnah. Semoga Allah swt menyelamatkan diri kita di zaman yang penuh fitnah ini dan membimbing kita untuk selalu istiqomah di jalanNya. Aamiiinn…..
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir Al Afkar