KANAL24, Malang – Kesenian jaranan di Kota Malang diharapkan dapat terus bertahan dan diteruskan oleh generasi muda ditengah berbagai kesenian modern yang masuk ke Indonesia. Asa tersebut disampaikan oleh salah satu pengrajin dan seniman jaranan Ki Tulus dari Kota Malang. Menurutnya jaranan kota malang memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan kota lainnya.
“Jaranan Kota Malang memiliki ornamen sendiri yang berbeda dengan jaranan Kediri, Blitar, Tulungagung atau Trenggalek,” kata Ki Tulus, Kamis (18/11/2021).
Bahkan menurut Ki Tulus di kota malang sendiri ada dua jenis jaranan seperti jaranan dor yang banyak dimainkan kawasan malang timur yang berbeda dengan kawasan mlang lainnya. Kesenian tradisional ini dalam pandangan Ki Tulus juga bukan sekedar tontonan namun juga memiliki tuntunan. Nilai positif dalam tuntunan ini yang menurutnya perlu terus digaungkan kepada masyarakat agar tidak meninbulkan salah persepsi.
“Jaranan bukan sekedar tontonan namun juga tuntunan. Tontonan dalam pengertian sebagi sebuah tarian hiburan yang menarik namun juga memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam tarian tersebut yang dapat digunakan sebagai tuntunan,” lanjutnya.
Dalam konteks inilah kemudian Ki Tulus berharap kesenian jaranan ini dapat terus bertahan dan diteruskan oleh generasi muda agar tidak punah oleh perkembangan zaman. Kesenian tradisional memiliki filosofi, nilai dan keindahan yang tidak kalah dengan kesenian modern.
“Saya berharap agar generasi muda saat ini tetap mau nguri-uri keberadaan jaranan, sebab kalau bukan warga sendiri mau siapa lagi yang akan meneruskan kesenian ini,” harapnya.
Dalam kesempatan terpisah harapan dari para pengrajin juga menjadi perhatian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. Dian Kuntari, S.STP, M.Si selaku Kabid Kebudayaan menuturkan regenrasi pengrajin jaranan menjadi salah satu perhatian dinas dengan melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan mengenalkan kesenian jaranan kepada generasi muda.
Salah satunya dengan mengadakan kegiatan mewarnai jaranan bagi siswa sekolah agar mereka mengetahui orbamen dan model dari jaranan yang mejadi salah satu kesenian tradisi Kota Malang.
“Kita merespon kegelisahan seniman dan pengrajin dengan ikut mensosialisasikan keberadaan jaranan melalui kegiatan mewarnai agar siswa dan anak didik megetahui keberadaan jaranan sebagai kesenian tradisi,” tutup Dian Kuntari.(sdk)