Kanal24, Malang – Konflik bersenjata antara Iran dan Israel kembali menyulut kekhawatiran dunia akan kemungkinan meletusnya Perang Dunia III. Pada Jumat pagi (20/6/2025), dunia terperangah saat Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal balistik ke berbagai fasilitas militer Israel, termasuk pangkalan udara Nevatim dan pusat komando strategis di Dimona. Tindakan ini diklaim sebagai pembalasan atas serangan drone yang sebelumnya menghantam wilayah Iran.
Sebagai respons, Israel menembakkan ratusan rudal pertahanan Iron Dome dan Patriot, serta meluncurkan serangan balasan ke kota-kota Kerman dan Esfahan di Iran. Situasi pun meningkat drastis dengan saling ancam dan kecaman terbuka dari dua negara tersebut. Presiden Iran menyatakan kesiapan untuk memperluas serangan ke armada militer Amerika Serikat di Teluk Persia, sementara Perdana Menteri Israel menegaskan tekad untuk “melindungi setiap inci tanah Israel.”
Baca juga:
Ekonomi Lesu, Prof. Andy Fefta: Pemerintah Perlu Optimalisasi Kebijakan
Amerika Serikat Turun Tangan: Pemicu Eskalasi Global?
Tidak butuh waktu lama bagi Amerika Serikat untuk bereaksi. Presiden AS menggelar konferensi pers darurat, menyatakan bahwa serangan ke Israel merupakan “tindakan agresi yang tidak bisa ditoleransi.” Washington pun mengerahkan armada kapal induk tambahan ke wilayah Mediterania Timur dan Laut Merah, memperlihatkan kesiapannya jika harus berhadapan langsung dengan Teheran.
Langkah Amerika ini sontak memancing dinamika geopolitik baru. Para analis memperingatkan bahwa jika AS terlibat secara langsung, negara-negara besar seperti Rusia dan Tiongkok bisa ikut campur, baik secara militer maupun logistik, untuk mendukung Iran. Situasi ini membuka kemungkinan konflik terbuka antara blok Barat dan Timur—skenario klasik menuju perang dunia.
Uni Eropa mengutuk kekerasan dan menyerukan deeskalasi, sementara Dewan Keamanan PBB mengadakan sesi darurat yang berakhir tanpa hasil konkret karena perbedaan sikap antarnegara anggota tetap tajam.
Sementara itu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara Teluk lainnya mengungkapkan kekhawatiran akan meluasnya konflik serta risiko krisis pengungsi besar-besaran. Informasi dari berbagai sumber menyebutkan adanya penambahan pasokan senjata dari Rusia dan Tiongkok ke Iran secara diam-diam, meski kedua negara menyatakan posisi netral.
Dampak Nyata di Kawasan dan Dunia
Di lapangan, suasana genting menyelimuti Iran dan Israel. Sirene peringatan serangan udara terus berbunyi, sistem pertahanan aktif sepanjang hari, dan ribuan warga sipil terpaksa mengungsi ke tempat perlindungan bawah tanah. Di Israel, aktivitas publik lumpuh, dan sistem kelistrikan mengalami gangguan parah akibat serangan.
Di Iran, serangan balasan Israel menyebabkan kerusakan di kawasan industri dan korban sipil, memicu demonstrasi publik yang mengutuk kebijakan militer pemerintah. Infrastruktur vital seperti kilang minyak, stasiun kereta api, dan jaringan telekomunikasi juga turut terkena dampak.
Tak hanya kawasan, perekonomian dunia pun mulai merasakan efek domino. Harga minyak mentah melonjak drastis hingga menyentuh angka USD 130 per barel. Rantai pasok global terganggu, terutama pasokan energi dan bahan makanan dari Timur Tengah. Bank Dunia dan IMF memperingatkan bahwa krisis ini dapat memicu resesi global kedua dalam dekade ini, menyusul ketidakpastian ekonomi dan inflasi energi.
Akankah Perang Dunia III Terjadi?
Profesor Anthony Glees, pakar keamanan internasional asal Inggris, mengungkapkan bahwa kondisi ini mengandung semua elemen klasik menuju perang dunia: konflik regional, keterlibatan aliansi militer global, serta persaingan senjata nuklir. “Jika AS dan Iran berkonfrontasi langsung, Rusia dan China nyaris pasti akan bergerak. Di titik itu, tidak ada jalan kembali,” ujarnya dalam laporan The Mirror.
Senjata nuklir menjadi momok tersendiri dalam skenario ini. Israel diyakini memiliki kekuatan nuklir tersembunyi, sementara Iran disebut telah memiliki akses teknis menuju pengembangan senjata pemusnah massal. Kekhawatiran terbesar adalah jika serangan skala penuh mengarah ke fasilitas nuklir, yang dapat memicu bencana radiasi dan respons tak terkontrol.
Upaya Internasional Mencari Jalan Damai
Meski di tengah ketegangan, sejumlah negara netral berupaya membuka jalur diplomatik. Swiss dan Turki disebut menjadi mediator rahasia dalam pertemuan tertutup yang diadakan di Jenewa. Brasil dan Norwegia juga dilibatkan dalam menyusun kerangka gencatan senjata sementara.
Namun demikian, peluang damai tampak tipis jika serangan masih terus berlangsung dan masing-masing pihak menunjukkan niat memperpanjang konflik.
Baca juga:
Percepatan Belanja APBN: Optimisme di Tengah Tantangan
Konflik Iran-Israel pada pertengahan 2025 adalah lonceng peringatan keras bagi dunia. Meski belum mencapai titik pecah global, elemen-elemen kunci yang dapat mengarah pada Perang Dunia III telah terbentuk: keterlibatan kekuatan besar, gesekan blok militer, kepemilikan senjata nuklir, dan krisis ekonomi global.
Apakah sejarah akan terulang dengan luka yang lebih dalam, ataukah diplomasi mampu meredam kobaran api sebelum membakar seluruh dunia? Jawabannya masih tersembunyi di balik rapat-rapat darurat, peluncur rudal, dan layar-layar negosiasi tertutup yang kini menggantungkan nasib umat manusia. (nid)Catatan: Artikel ini didasarkan pada analisis geopolitik yang bersifat prediktif dan bukan merupakan kabar pasti. Situasi dapat berubah tergantung keputusan diplomatik dan aksi militer selanjutnya.