Kanal24, Batu – Penguatan karakter siswa menjadi fokus utama dalam pendidikan modern, terutama di tengah tantangan globalisasi yang terus berkembang. SMA Brawijaya Smart School (BSS) memahami betul pentingnya membekali siswa dengan nilai-nilai kemandirian, tanggung jawab, dan empati yang kuat. Melalui program reguler “Brascho Nyantrik,” sekolah ini berupaya menanamkan nilai-nilai tersebut dengan cara yang unik, yaitu membawa siswa keluar dari lingkungan sekolah dan kota, untuk merasakan langsung kehidupan di pedesaan.
Pada Rabu (16/10/2024), program ini kembali digelar di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, dan mendapat sambutan positif dari masyarakat setempat. Sebanyak 385 siswa kelas 10 dan 11 berpartisipasi dalam kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut. Dalam program ini, para siswa tinggal di rumah-rumah warga, yang dikenal sebagai “rumah inang,” dan belajar langsung tentang dunia pertanian, berinteraksi dengan masyarakat desa, serta mempelajari kearifan lokal yang jarang mereka temui di kota.
Sukanah, salah satu warga Desa Sumber Brantas, mengungkapkan antusiasmenya terhadap kegiatan ini. Ia menyatakan, “Kalau diberikan waktu lebih panjang, mungkin manfaatnya bisa lebih besar. Anak-anak dari perkotaan dapat mengetahui langsung bagaimana kehidupan bertani di desa dan berinteraksi dengan masyarakat. Mereka tampak antusias, yang perempuan ikut membersihkan gulma pada tanaman wortel, sementara yang laki-laki membantu pemupukan di lahan kentang.”
Bagi Sukanah, kegiatan ini bukan hanya memberikan pengalaman bagi siswa, namun juga membuka pandangan mereka tentang pentingnya regenerasi di sektor pertanian. Menurutnya, era modern ini memungkinkan pertanian dilakukan dengan bantuan alat, sehingga efisiensi semakin meningkat. Hal ini juga didukung oleh kehadiran mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas, termasuk Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah, yang sering melakukan penelitian di lahan pertanian setempat.
Sementara Abdul Nurul Hadi, S.Pd, selaku guru pendamping sekaligus Ketua Pelaksana Program Brascho Nyantrik 2024, menjelaskan bahwa kegiatan ini diberi nama “Brascho Nyantrik”, yang diambil dari singkatan “Brawijaya Smart School.” Konsep “nyantrik” sendiri terinspirasi dari istilah “santri” yang merujuk pada proses pembelajaran di lingkungan pesantren. Dalam konteks ini, siswa BSS diajak untuk “nyantrik” selama empat hari tiga malam di Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas, yang menawarkan suasana alam dan kehidupan pertanian yang masih asri.
“Anak-anak dibagi dalam beberapa kelompok untuk menginap di rumah-rumah warga yang menjadi inang mereka. Mereka akan terlibat dalam aktivitas pertanian seperti menanam, memanen, dan pemupukan, serta berinteraksi langsung dengan masyarakat desa,” ungkap Abdul. Selain kegiatan di ladang, siswa juga mengikuti malam keakraban pada hari terakhir, di mana mereka dan warga bergantian menampilkan pertunjukan seni di panggung yang telah disiapkan.
Bagi siswa BSS, pengalaman ini memberikan wawasan baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Abigail, siswa kelas 11, mengatakan, “Kegiatan paling menarik bagi kami adalah eksplorasi desa. Selain membantu kegiatan Inang seperti menanam dan memberi makan ternak, kami juga terlibat dalam kegiatan sekolah seperti lomba-lomba yang diadakan di sini, serta malam keakraban bersama warga.”
Selain mendapatkan pengetahuan praktis mengenai pertanian, para siswa juga membuat vlog sebagai dokumentasi kegiatan mereka selama nyantrik. Zahwa, siswa kelas 11 lainnya, mengatakan, “Kami belajar banyak tentang kehidupan desa dan solidaritas antar teman. Pengalaman ini sangat berharga sebagai bekal di masa depan, terutama jika kami mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) saat kuliah nanti.”
Para siswa tampak antusias mempelajari teknik bertani yang lebih modern. Alvin, siswa kelas 10, merasa kegiatan memupuk kentang adalah pengalaman yang menarik. “Memupuk itu asik dan menantang karena kami harus hati-hati agar tidak mengenai daun tanaman,” ujarnya. Alvin juga menjelaskan teknik yang ia pelajari selama nyantrik agar daun tanaman tidak kering.
Melalui kegiatan nyantrik ini, diharapkan para siswa BSS tidak hanya mendapatkan pengalaman langsung dalam bertani, tetapi juga memiliki pandangan positif terhadap pertanian sebagai bidang yang menjanjikan di masa depan. Abdul menambahkan, “Dengan kegiatan ini kami menanamkan kesadaran pada siswa tentang pentingnya sektor pertanian yang kini semakin berkembang berkat teknologi modern.”
Program “Brascho Nyantrik” tahun ini berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendekatkan siswa dengan kehidupan pedesaan yang penuh makna. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi fondasi bagi siswa dalam memahami pentingnya keseimbangan antara kehidupan perkotaan dan desa, serta menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap alam dan masyarakat sekitar. (nid/yor)