Kanal24, Malang – Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental kini menjadi sorotan utama, terutama di kalangan anak muda. dr. Lena Sawitri dari Joyholistic Care mengingatkan bahwa manusia bukan hanya terdiri dari tubuh fisik saja, melainkan juga memiliki tubuh emosi, tubuh mental, dan tubuh energi yang sama pentingnya untuk dirawat. Pesan ini ia sampaikan dalam kegiatan Bakti Sosial bertajuk “Mental Health Corner” yang digelar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) pada Kamis (!5/05/2025).
“Tubuh fisik itu kelihatan, mudah dirawat dengan olahraga dan makan sehat. Tapi tubuh emosi, mental, dan energi itu tak kasat mata. Kalau tidak dirawat, dampaknya bisa ke mana-mana,” ungkap dr. Lena.
Baca juga:
Mental Health Corner FPIK UB Diminati Mahasiswa
Menurutnya, tekanan mental di era modern ini kian meningkat, terutama bagi mahasiswa. Tuntutan akademik, tekanan dari keluarga, hingga permasalahan hubungan pribadi dapat menjadi pemicu gangguan kesehatan mental. Apalagi, tak semua orang mampu mengungkapkan apa yang dirasakannya, terutama mereka yang cenderung introvert.
“Banyak kasus di mana masalah terus dipendam, dipendam, sampai akhirnya meledak. Kita sudah lihat sendiri, ada yang sampai percobaan bunuh diri, bahkan benar-benar melakukannya,” ujarnya prihatin.
dr. Lena menekankan pentingnya menyadari dan menerima keberadaan masalah dalam hidup, lalu belajar melepaskannya secara perlahan. Ia mengajak mahasiswa dan masyarakat umum untuk lebih terbuka terhadap isu kesehatan mental dan tidak menganggap remeh tekanan emosi yang dirasakan.
“Sadari bahwa kita punya masalah, dan belajar untuk melepaskan, mengikhlaskan. Itu proses yang tidak instan, tapi bisa dilatih,” jelasnya.
Ia juga membagikan beberapa tips sederhana untuk menjaga pikiran tetap positif di tengah tantangan hidup. Salah satunya adalah melalui aktivitas fisik.
“Dengan olahraga, kita bisa meredam overthinking. Selain itu, jangan lupa untuk move-in – introspeksi diri, duduk diam, atur napas, dan berdoa. Jangan lari ke hal-hal negatif seperti narkoba atau alkohol. Itu bukan solusi, hanya pelarian sementara,” kata dr. Lena.
Baca juga:
Tiga Makanan Khas Amerika yang Populer dan Banyak Digemari
Konsep “Social Mental Hack Corner” yang digelar secara rutin di lingkungan kampus, menurutnya merupakan langkah nyata yang patut diapresiasi. Fasilitas seperti ini memberikan ruang aman bagi mahasiswa untuk mengenali dan mengatasi persoalan mental secara terbuka.
“Ini program bagus sekali. Kalau bisa terus diadakan rutin, supaya mahasiswa punya wadah untuk curhat dan menyembuhkan diri secara mental,” pungkasnya.
Di era yang serba cepat dan penuh tekanan ini, dr. Lena menegaskan bahwa menjaga kesehatan mental bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Karena saat mental sehat, hidup pun menjadi lebih seimbang dan bermakna. (nid/bel)