KANAL24, Malang – Keberkahan suatu negeri selalu berhubungan erat dengan ketundukan dan ketaatan penduduknya atas perintah Tuhannya. Ketaatan adalah wujud syukur hamba atas segala karunia yang dianugerahkan pada dirinya dan juga negerinya. Merekalah orang-orang yang shalih dan Allah swt telah menjanjikan bahwa bumi ini diwariskan kepada orang-orang yang shalih diantara mereka.
“ Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini diwarisi hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah).” ( QS.Al-Anbiya : 105-106 )
Maka ketahuilah bahwa sejatinya orang-orang yang shalih dan para ulama yang ikhlas (mukhlis), merekalah yang menjadi jalan pembuka keberkahan negeri. Subhanallah ?
Sekarang perhatikanlah negeri-negeri yang ditinggali oleh kaum muslimin, semuanya adalah negeri yang Allah berkahi dengan potensi alamnya. Berbagai macam kekayaan alam dianugerahkan oleh Allah pada negeri-negeri tersebut, baik di negeri-negeri jazirah maupun di asia tenggara. Ada yang dianugerahi dengan kekayaan minyak buminya, gas alam, kekayaan hutan, hasil tambang yang melimpah, batu bara, emas, serta kekayaan hasil lautnya, bahkan hasil kekayaan alam lainnya yang melimpah.
Semua anugerah alam ini adalah berkah dari para ulama dan orang-orang salehnya yang bersedia tunduk patuh pada Allah swt yang selalu mendoakan kebaikan sehingga mengundang belas kasih rahmad Allah swt dengan dibukakan keberkahan negeri dari segala penjuru. Yang kesemua itu wajib disyukuri dengan menjaga alamnya, menjaga negeri dan rakyatnya dengan keadilan serta menjaga hubungannya dengan Allah swt sebagai wujud tanggungjawab keimanan pada Allah swt.
Namun manakala rasa tanggungjawab itu hilang, keadilan tidak lagi ditegakkan, kedhaliman merajalela, ulama dan orang-orang salihnya sudah tidak lagi dimuliakan, kekayaan alam tidak lagi dikelola oleh rakyatnya, kesejahteraan hanya dinikmati sendiri oleh segelintir orang, maka pastilah janji Allah akan tertimpa padanya, yaitu dicabutnya keberkahan dari negeri itu karena hilangnya rasa syukur atas nikmat yang diberikan, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS.al A’raf:96)
Dan Allah membuat sebuah perumpamaan, sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (pen-duduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat (QS.An-Nahl : 112)
Perhatikan negeri-negeri yang dihancurkan oleh Allah swt (al mu’tafikaat) lebih disebabkan karena penduduknya menjauh dari aturan Allah swt, menyepelekannya dan membunuhi para nabinya. Sementara ulama adalah pewaris para nabi yang mengingatkan mereka (para penguasa negeri) untuk berlaku adil dan taat tunduk patuh pada Allah swt namun peringatannya tidak diindahkan.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (QS. Ali Imron : 21)
Apakah tidak sampai kepada mereka berita (tentang) orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata; Allah tidak menzhalimi mereka, tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri. (QS. At-Taubah: 70)
Bahkan Allah swt secara tegas menyatakan perang kepada siapa saja yang memusuhi dan menyakiti para waliyullah, yaitu orang-orang shalih dan mukhlis yang berjuang di jalan Allah swt. Sebagaimana disebutkan dalam hadist qudsi :
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.” (HR. Bukhari).
Jelaslah bahwa kedurhakaan dan kedhaliman terlebih terhadap orang-orang yang shalih yang menyuarakan keadilan dan kebenaran hanya akan mengundang murka Allah swt. Sementara ketundukan, ketaatan dan keadilan adalah wujud dan tanda rasa syukur atas karunia nikmat Allah swt yang dapat mendatangkan keberkahan bagi negeri.
Demikianlah bahwa orang-orang yang shalih dan para ulama yang mukhlis adalah pemegang kunci keberkahan suatu negeri. Doanya menembus batas penghalang, didengar dan dikabulkan oleh Allah swt. Karenanya muliakanlah mereka dan insyaa Allah kita akan dimuliakan oleh Allah. Dan hanya orang mulia yang bisa memuliakan orang mulia pula.
Semoga kita termasuk orang yang mampu menjaga kehormatan dan kemuliaan orang-orang shalih sehingga kita dan anak cucu keturunan juga mendapatkan kemuliaan pula dari sisi Allah swt. Aamiiiin….
Penulis Akhmad Muwafik Saleh. Dosen Fisip UB dan motivator