Kanal24, Malang – Ilmu Penyakit dalam adalah queen of medicine karena hampir semua penyakit yang mendasari adalah gangguan dari kompetensi ilmu penyakit dalam. Inilah yang melatarbelakangi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menggelar acara Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ilmu Penyakit Dalam ke-25 di FK UB.
Ketua Pelaksana Acara, Dr. Heri Sutanto, Sp.PD menyampaikan bahwa kegiatan ini dapat membantu dokter dan tim medis untuk memberikan pelayanan medis yang sesuai dengan standar dan perkembangan zaman.
“Setelah pandemi ini, kita mendapatkan suatu penekanan pada kolaborasi dan ilmu terkait teknologi dan lain-lainnya karena serta merta perkembangan teknologi dan ilmu itu selalu berkembang,” terang Dr. Heri disela acara (28/8/2022)
Penyesuaian yang dimaksud oleh Dr. Heri adalah para dokter harus melakukan adaptasi yang lebih baik. Selain itu, PIT ke-25 FK UB ini menghadirkan pembicara dari negara-negara lain seperti Amerika, Italia, dan Hongkong sebagai pakar dalam perkembangan ilmu penyakit dalam dan teknologi. Selain itu, kegiatan ini dihadiri oleh 2080 peserta yang hadir secara langsung di Gedung FK UB, sementara itu peserta yang mengikuti secara virtual ada 340 peserta.
Para peserta PIT ke-25 FK UB ini untuk pertama kalinya digelar secara hybrid pasca pandemi Covid-19. Dr. Heri mengatakan bahwa antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan ini cukup tinggi karena mereka menyadari bahwa penyakit dalam memiliki jangkauan yang cukup luas dan apapun penyakitnya menurut Dr. Heri berkaitan erat dengan penyakit dalam. Oleh karena itu, tim medis harus memiliki tingkat awareness yang tinggi dalam menghadapi berbagai macam penyakit.
Pada 25 tahun program pendidikan penyakit dalam di Malang sudah ada 204 lulusan yang tersebar dari ujung timur di Aceh sampai ujung Barat di Papua. Kesempatan ini membuat seluruh dokter dapat melakukan gathering atau pertemuan bersama para lulusan penyakit dalam dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Sehingga, pertemuan ini dapat mengingat memori semasa pendidikan dan mengisi kembali ilmu baru agar dapat membawa perubahan di tempat kerja.
“Pasien mendapatkan pelayanan yang menyeluruh, maka kita mau mengembalikan lagi bahwa pasien itu adalah kompleks yang lengkap jasmani, rogani, badan, dan semua organnya saling berkomunikasi kita utamakan di situ,” kata Dr. Heri.
Menurutnya era sekarang berbeda dengan era dulu yang memiliki health coverage yang universal dari BPJS dengan pertimbangan biaya dan sistem rujukan berjenjang. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana para dokter mampu mengoptimalkan layanan dan memberikan masukan terhadap sistem kesehatan yang ada. Sehingga, tidak ada yang dikorbankan baik dari sisi pasien, layanan, maupun dokter yang mungkin mendapatkan kesulitan dalam memberikan layanan.
Dr. Heri juga menambahkan bahwa Kota Malang merupakan salah satu pusat pendidikan penyakit dalam yang mumpuni dan disegani di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, melalui PIT ke-25 FK UB ini diharapkan bahwa dokter dan tim medis dapat meningkatkan ilmu penyakit dalam, serta memberikan pelayanan medis yang semakin terdepan. (nid)