Kanal24, Blitar – Di tengah upaya memperkuat ekonomi pedesaan, tim Pengabdian Kepada Masyarakat Pulang Kampung (PKM-PK) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) hadir memberikan pendampingan kepada Koperasi Merah Putih Desa Kaligrenjeng, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Kegiatan ini difokuskan untuk mengembangkan koperasi desa sebagai pilar ketahanan ekonomi lokal, melalui skema kemitraan strategis yang digelar pada (27/07/2025).
Dengan mengangkat tema “Penguatan Literasi dan Tata Kelola Pengajuan Kemitraan sebagai Upaya Peningkatan Efektivitas Operasional Koperasi”, sosialisasi dilakukan bagi para pengurus Koperasi Merah Putih yang sedang menyusun fondasi pendirian koperasi. Program ini selaras dengan inisiatif nasional yang digagas Presiden Prabowo Subianto untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan pemerataan ekonomi desa.
Baca juga:
“SATU” untuk Masa Depan Anak: MMD UB Edukasi Anti-Bullying dan Cegah Pernikahan Dini
Riset Kebutuhan hingga Rancang Usaha
Pendampingan dipimpin oleh Marsha Agfa Syakira, didampingi Aktiva Dwi Citra selaku Ketua Riset Ekonomi Mikro Desa Kaligrenjeng, bersama 13 anggota tim lainnya. Mereka memulai dengan melakukan identifikasi kebutuhan dan potensi lokal, lalu merancang pendirian tiga unit usaha strategis koperasi: toko obat, toko alat tulis kantor (ATK), serta toko LPG dan sembako bersubsidi.
Setiap unit usaha memiliki pendekatan berbeda. Untuk toko obat, tim membantu memahami syarat legalitas seperti izin apotek dan kebutuhan tenaga farmasi, sekaligus membuka peluang kerja sama dengan platform digital seperti Farmacare. Unit ATK diarahkan untuk menjalin kemitraan dengan sekolah-sekolah lokal. Sedangkan toko LPG dan sembako bersubsidi difokuskan pada fasilitasi alur kemitraan dengan BULOG dan agen resmi.
Tim juga menyusun sejumlah dokumen penting, antara lain: panduan legalitas pendirian usaha, daftar mitra potensial, peta kebutuhan lokal, hingga rancangan awal model bisnis koperasi. “Dengan merancang usaha berbasis kebutuhan, koperasi tidak hanya sebagai pelaku bisnis, tetapi juga sebagai entitas sosial yang menyatu dengan kehidupan masyarakat dan berkelanjutan,” ujar Marsha.
Koperasi Hadir Jawab Masalah Akses Dasar
Sosialisasi hasil riset dilakukan di hadapan pengurus koperasi dan perangkat desa. Hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kaligrenjeng sangat membutuhkan akses komoditas seperti LPG 3 kg, sembako, alat tulis, dan obat-obatan. Kelangkaan LPG bahkan dilaporkan terjadi hampir di seluruh dusun, dengan harga tinggi akibat distribusi yang lambat dan tidak merata.
“Temuan ini menunjukkan bahwa koperasi memiliki peluang besar untuk menjawab kebutuhan nyata warga, terutama dalam akses bahan pokok dan pelayanan dasar,” jelas Aktiva Dwi Citra.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Desa Kaligrenjeng, Bapak Imam, menyampaikan apresiasinya. “Materi yang disampaikan sangat bagus dan membantu, terutama bagi Koperasi Merah Putih yang masih menyusun perencanaan, namun tantangan utama saat ini adalah ketidakjelasan anggaran,” ungkapnya.
Baca juga:
Kewirausahaan dan AI Jadi Fokus ICASVE 2025
Harapan dan Langkah Ke Depan
Untuk mendukung keberlanjutan program, tim PKM-PK mendorong pemerintah agar menyederhanakan proses perizinan usaha desa dan memperkuat kemitraan koperasi dengan distributor barang bersubsidi. Selain itu, pelatihan manajemen yang berbasis kebutuhan lokal juga menjadi salah satu rekomendasi yang diajukan.
Dengan pola kerja terstruktur dan berbasis data lapangan, kegiatan PKM-PK FEB UB ini diharapkan dapat direplikasi ke desa-desa lain yang memiliki potensi ekonomi serupa. Kehadiran mahasiswa menjadi katalisator pemberdayaan ekonomi warga desa dengan pendekatan kolaboratif antara koperasi, pemerintah, dan pihak swasta. (han)