Kanal24, Malang- Paparan polusi udara selama ini identik dengan masalah pernapasan, seperti asma, bronkitis, hingga penyakit jantung. Namun, penelitian terbaru mengungkap dampak yang lebih menakutkan: partikel halus dari polusi udara ternyata juga dapat merusak otak.
Tim ilmuwan dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa partikel PM2.5 — polutan berukuran sangat kecil, kurang dari 2,5 mikrometer — dapat memicu terbentuknya gumpalan protein beracun yang merusak sel saraf otak. Gumpalan ini kemudian berkembang menjadi Lewy bodies, penyebab utama demensia Lewy body, salah satu bentuk demensia paling umum setelah Alzheimer dan demensia vaskular.
Penelitian Luas dengan Data 56,5 Juta Pasien
Penelitian berskala besar ini menganalisis data rekam medis 56,5 juta pasien Medicare di AS yang dirawat antara tahun 2000 hingga 2014. Dengan menggunakan kode pos, peneliti menghitung tingkat paparan jangka panjang terhadap PM2.5 di lingkungan tempat tinggal pasien. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan risiko signifikan terhadap demensia Lewy body pada mereka yang tinggal di wilayah dengan kualitas udara buruk. Menariknya, dampak polusi lebih kecil terhadap penyakit otak lain yang tidak terkait dengan gumpalan protein beracun.
Bukti Kuat dari Eksperimen pada Hewan
Temuan ini diperkuat melalui uji coba pada hewan. Tikus yang terpapar PM2.5 mengalami penyusutan otak serta penurunan fungsi kognitif. Sementara itu, tikus yang dimodifikasi agar tidak menghasilkan protein alfa-sinuklein — komponen utama pembentuk Lewy bodies — justru tidak terdampak secara signifikan. “Dengan menggabungkan semua data ini, kami menemukan hubungan yang sangat kuat antara polusi udara dan risiko demensia Lewy body,” jelas Profesor Ted Dawson, penulis senior studi.
Faktor Risiko yang Bisa Dikendalikan
Berbeda dengan faktor usia dan genetika yang tidak dapat diubah, paparan polusi udara adalah faktor risiko yang bisa dikendalikan. Hal ini memberi peluang besar untuk pencegahan. “Tidak seperti usia atau genetik, ini sesuatu yang dapat kita ubah. Kebijakan udara bersih berarti juga kebijakan kesehatan otak,” tegas Dr. Xiaobo Mao, peneliti utama sekaligus neurolog di Johns Hopkins.
Dampak Besar bagi Kesehatan Masyarakat
Temuan ini menambah bukti kuat dari studi-studi sebelumnya yang telah menemukan partikel PM2.5 di otak manusia, dengan kaitan langsung terhadap Alzheimer maupun penurunan kecerdasan. Profesor Charles Swanton dari Francis Crick Institute menyebut riset ini sebagai “jembatan mekanistik” yang menghubungkan paparan lingkungan dengan patologi penyakit otak. “Polusi udara membawa beban kesehatan masyarakat yang sangat besar. Kita memerlukan pemahaman lebih mendalam dan kebijakan nyata untuk menekan dampak ini,” kata Swanton, yang juga memimpin proyek RAPID (Role of Air Pollution in Dementia).
Seruan Mendesak untuk Udara Bersih
Para ilmuwan menekankan bahwa hasil penelitian ini seharusnya menjadi alarm keras bagi pembuat kebijakan di seluruh dunia. Kualitas udara yang buruk bukan hanya mengancam paru-paru, tetapi juga merusak otak masyarakat secara perlahan dan senyap. “Dengan menurunkan paparan kolektif terhadap polusi udara, kita bisa mengurangi risiko demensia di tingkat populasi,” tutup Mao. (dht)