oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Kegiatan melayani adalah kesediaan untuk berbagi ruang dalam diri seseorang dengan orang lain untuk membantu pemenuhan kebutuhan orang lain. Melayani adalah tindakan inisiatif untuk memberi yang terbaik dan mengesankan pada orang lain. Aktifitas memberi adalah memposisikan tangan diatas sebagai pihak yang membuka hatinya untuk peduli dan perhatian pada orang lain. Tangan diatas adalah sebuah kemuliaan dan menempatkan diri pada posisi terhormat, sebaliknya adalah tangan yang di bawah. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi dalam sebuah hadits nya :
عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ
Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.” (HR. muttafaq ‘alaih. Imam al-Bukhâri (no. 1427) dan Muslim no.1053 (124)
Tindakan memberi adalah sikap terhormat yang hanya dapat dilakukan oleh orang terhormat pula. Komunikasi pelayanan publik adalah tindakan memberi kemudahan dan kecepatan dalam proses pemenuhan kebutuhan masyarakat. Semangat pelayanan berarti dibangun atas spirit memberi. Terdapat hubungan mutual kebahagiaan antar si pemberi dan si penerima. Yaitu bahwa ada perasaan bahagia antara keduanya manakala terjadi transaksi memberi. Seorang yang memberi akan merasakan suatu kebahagiaan puncak disaat melihat ekspresi kebahagiaan orang lain yang menerima pemberiannya tersebut. Inilah fitrah manusia, manakala seseorang melakukan kebaikan maka akan berbalas kebaikan pula. Sebagaimana Firman Allah swt :
هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (QS. Ar-Rahman, Ayat 60)
Artinya manakala seseorang mampu memberikan pelayanan dengan penuh ketulusan maka akan berbuah kebahagiaan yang dapat mengantarkan seseorang pada kehidupan jiwa yang tenang. Sehingga inilah alasan mengapa melayani sepenuh hati dan setulus jiwa akan mampu menciptakan kebahagiaan yang mutual. Kehidupan yang saling membahagiakan inilah sesungguhnya yang diharapkan dalam pelaksanaan atau praktek komunikasi pelayanan publik yang kemudian disebut dengan komunikasi harmonis.
Komunikasi pelayanan publik menekankan pada produksi pesan dan tindakan komunikasi yang saling menghargai dengan memberikan perhatian penuh pada diri orang lain dan kebutuhannya melalui mekanisme etika dan akhlaq komunikasi yang baik sehingga dapat menempatkan manusia dalam derajat terhormat dan mulia sehingga mereka benar-benar diperlakukan selayaknya manusia, human humanization.
Spirit memberi dengan filosofi tangan di atas, menempatkan petugas pelayanan publik untuk dapat bertindak mulia dengan menghormati, memberikan pelayanan terbaik penuh senyuman dan ketulusan, memiliki motivasi yang kuat untuk memudahkan dan mempercepat pemenuhan kebutuhan publik dengan beragam ide inovasi yang dapat memuaskan publik dan membangun kesan positif terhadap lembag sehingga mampu membangun loyalitas publik, partispasi publik, hingga dukungan publik atas suatu kembaga.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB