Kanal24, Ponorogo – Masyarakat Desa Ngebel, Kabupaten Ponorogo, memiliki potensi besar dalam menghasilkan madu klanceng berkualitas. Namun, salah satu kendala yang dihadapi oleh petani madu klanceng adalah standarisasi produk yang belum terpenuhi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sejak akhir tahun 2022 lalu, Tim Matching Fund Universitas Brawijaya (UB) melakukan pendampingan kepada warga desa Ngebel, salah satunya dengan mengadakan kegiatan “Bimtek Standarisasi Kualitas Madu, Produksi, dan Inovasi Produk Samping Madu”. Tim ini dipimpin oleh Dr. Khothibul Umam Al Awwaly, S.Pt., M.Si., seorang dosen dari Fakultas Peternakan UB yang memiliki pengalaman luas di bidang ini.
Dalam kegiatan Bimtek ini, para petani madu klanceng mendapatkan pemateri dari seorang praktisi berpengalaman, Okay Fathoni, yang berasal dari Madu Mandau, produsen madu klanceng madu kelulut yang berlokasi di Kalimantan. Materi yang disampaikan pada Bimtek fokus pada standarisasi produk dan kemasan yang harus dipenuhi agar proses komersialisasi dapat dilakukan dengan skala yang lebih besar. Dengan adanya standar yang jelas, diharapkan produk madu klanceng dari Desa Ngebel dapat bersaing di pasar dengan kualitas yang unggul.
Selain membahas standarisasi produksi, Bimtek juga memberikan penjelasan mengenai pengolahan hasil samping madu klanceng, seperti bee pollen dan propolis. Hasil samping ini memiliki nilai jual yang tinggi karena kaya akan manfaat kesehatan. Dengan demikian, petani madu klanceng dapat memanfaatkan seluruh potensi dari produksi madu mereka, meningkatkan nilai tambah produk, dan menciptakan peluang baru dalam pemasaran.
Kegiatan Bimtek ini mendapat sambutan hangat dari Masyarakat Desa Ngebel, terutama para petani madu klanceng yang tergabung dalam KTH Telaga Lestari. Mereka menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah konkret untuk memperbaiki kualitas dan nilai produk mereka. Dengan adanya bantuan dari Tim Matching Fund UB, diharapkan produksi dan hasil budidaya madu klanceng dapat memenuhi standar yang ditetapkan dan membuka peluang pasar yang lebih luas.
Masyarakat Desa Ngebel optimis bahwa kegiatan ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Dengan meningkatnya kualitas madu klanceng dan pengolahan produk sampingnya, diharapkan petani dapat mengakses pasar yang lebih besar, meningkatkan pendapatan, dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor ini. Program Matching Fund UB menjadi jembatan penting antara pengetahuan akademik dan praktik pertanian, membantu masyarakat dalam mengoptimalkan potensi lokal mereka dan memperkuat sektor pertanian di Ponorogo. (din)