KANAL24, Malang – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Brawijaya Semeru ini memiliki beberapa tema, salah satunya trauma healing dan pendidikan anak. Namun, setelah tim melakukan pendalaman, tema diubah menjadi dukungan psychosocial dan pendidikan anak. Program ini bertujuan untuk mencoba memetakan apakah korban untuk survive dari bencana Semeru ini membutuhkan dukungan psikologis seperti yang tim pahami.
“Survive dari bencana biasanya ada korban yang mengalami stress dan depresi karena kehilangan rumah, harta benda, sanak keluarga, dan sebagainya.” kata Ilhamudin, Selasa (1/3/2022)
Lalu, program ini didesain dengan 5 tahapan kegiatan. Tahapan kegiatan ini dinamakan sebagai intervensi dukungan psychosocial dan pendidikan anak. Tahapan pertama adalah klinik kesehatan mental yang sudah berjalan sampai minggu ke-5 di mana peserta MBKM ini kita arahkan untuk melakukan pembagian data dan pemetaan situasi kondisi psikologis anak.
Lalu, tahap kedua adalah setelah ada screening kesehatan mental, ada analisis masalah. Tahapan ini ditujukan untuk mencoba merumuskan apakah dari kejadian-kejadian yang dihadapi oleh warga Semeru apakah ada hirarki masalah, nah dari hirarki masalah ini diharapkan nanti tim tahu intervensi hubungan seperti apa yang paling cocok untuk warga Semeru.
“Sementara, tahap ketiga adalah merancang intervensi. Namun, kami saat ini sedang mendalami data yang dikumpulkan oleh para mahasiswa MBKM. Oleh karena itu, kami terus memantau perkembangan dari kegiatan,” ujar Ilhamudin.
Tahap keempat adalah pelaksanaan intervensi. Intervensi ini ditemukan dengan pemetaan masalah dan rancangan yang dibuat berdasarkan analisis masalah. Lalu, pada tahap terakhir, tim akan melakukan evaluasi dan penyusunan program lanjutan dalam rangka mencoba memetakan dan menindaklanjuti kegiatan yang sudah dilakukan oleh mahasiswa MBKM Semeru.
Namun, tim MBKM menyadari melaksanakan program ini di tengah pandemi tidak mudah. Oleh karena itu, tim melakukan rapat berkali-kali untuk tetap menjalankan program ini dengan baik tanpa melupakan kondisi pandemi. Tujuan dari rapat yang dilakukan karena program ini benar-benar memenuhi harapan dari rancangan awal MBKM Semeru. Selain itu, jika dilihat Semeru berada di wilayah Jawa Timur, wilayah yang dekat dengan Malang. Oleh karena itu, MBKM UB harus open minded dan membuka mata untuk melihat bahwa ada kejadian di depan mata UB.
Seluruh tim MBKM yang dikoordinatori oleh pembimbing lapang bekerja dengan luar biasa maksimal. Sejauh ini, kegiatan MBKM Semeru sudah berjalan satu bulan dan tim MBKM terus memantau progress dari mahasiswa MBKM Semeru serta terus mengarahkan mereka agar mengikuti rencana yang telah disusun tim dari awal.
Ada fenomeno unik yang terjadi, berdasarkan pemetaan mahasiswa MBKM Semeru di lapangan, khususnya pada tema psychosocial dan pendidikan anak, masalah yang muncul lebih pada bagaimana masyarakat aslinya segera mendapatkan tempat tinggal yang layak. Jika masalah ini sudah bisa tertangani, maka masalah-masalah turunan yang berkaitan dengan masalah sosial dan psikologis itu bisa terurai secara perlahan. Berdasarkan analisa mahasiswa MBKM di lapangan, tim lebih banyak mencoba untuk mengadvokasi agar masyarakat sementara waktu bersabar sambil menunggu kebijakan dari pemerintah karena fungsi MBKM di Semeru hanya support, tidak terlibat langsung dengan kebijakan pemerintah.(nid)