KANAL24, Jakarta – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) telah mengembangkan lima destinasi wisata prioritas pada 2020 mendatang. Kelima destinasi wisata itu yakni Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang.
“Untuk mengembangkan lima destinasi tersebut, investasi dan pembiayaan menjadi instrumen yang penting. Terutama, kebutuhan investasi sampai 2024” kata Asisten Deputi Investasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Henki Manurung di Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Sektor pariwisata ini menjadi salah satu sektor yang sangat diharapkan oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi penyelamat pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah kebijakan baru sejak tahun 2015 diterapkan demi mendongkrak sektor ini.
Bahkan pada akhir 2019, Presiden Jokowi mengisyaratkan ikhlas ‘bakar duit’ lewat anggaran jumbo untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Sebab, ia meyakini anggaran jumbo promosi pariwisata akan mendongkrak jumlah wisatawan.
Sayangnya meski pemerintah serius mendongkrak pariwisata, efek bisnisnya terhadap harga saham emiten – emiten yang bergerak di industri pariwisata dan perhotelan masih belum terlihat. Harga saham emiten perhotelan dan pariwisata tidak moncer dalam setahun terakhir.
Sebut saja PT Hotel Sahid Jaya Tbk, harga sahamnya dalam setahun terakhir cenderung terus menurun. Periode Januari 2019 sampai April 2019 masih bertahan di zona hijau. Namun sesudah itu terus terperosok ke zona merah.
Kini harga saham emiten SHID ini berada di level 2.700. Tidak berubah dibandingkan posisi penutupan perdagangan terakhir. Kapitalisasi saham mencapai Rp3,02 triliun.
Harga saham PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk juga sama. Harga sahamnya sempat bertahan di zona hijau pada Januari 2019. Memasuki Februari 2019 hingga kini Januari 2020, harga sahamnya terus berada di zona merah.
Kini harga saham emiten berkode PDES ini berada di level 900. Tidak berubah dibandingkan penutupan perdagangan terakhir. Kapitalisasi saham mencapai Rp643,50 miliar.
Begitu juga dengan harga saham PT Hotel Mandarine Regency Tbk. Harga saham emiten
HOME ini sempat bertahan di zona hijau hingga Februari 2019. Sesudah itu, harga sahamnya terus menerus menurun dan terjebak di zona merah.
Kini harga saham HOME berada di level 50. Tidak berubah dibandingkan penutupan perdagangan terakhir. Kapitalisasi saham mencapai Rp1,11 triliun.
Analis Panin Sekuritas, William Hartanto, menilai sebenarnya tidak ada sentimen negatif bagi emiten perhotelan dan pariwisata. “Hanya saja saat ini perhatian pelaku pasar belum tertuju pada saham – saham tersebut,” kata William , Kamis (16/1).
Di sisi lain, karena pembangunan infrastruktur untuk pariwisata masih berjalan maka efeknya belum terasa pada kinerja emiten. Mungkin ini juga yang membuat kesadaran pelaku pasar akan saham – saham ini belum terbentuk.
“Direkomendasikan wait and see karena belum menunjukkan adanya potensi kenaikan,” tutup William (sdk)