Kanal24, Malang — Di tengah geliat perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang kian pesat, muncul satu profesi baru yang kini jadi sorotan: prompt engineer. Profesi ini menjadi jembatan penting antara manusia dan mesin, sekaligus peluang emas di era teknologi yang semakin terotomatisasi.
Prompt engineer merupakan individu yang bertugas merancang dan mengoptimalkan instruksi atau “prompt” yang diberikan kepada sistem AI agar menghasilkan respons yang relevan, akurat, dan sesuai tujuan. Dalam dunia AI generatif seperti ChatGPT, DALL·E, dan Midjourney, peran mereka sangat krusial—tanpa prompt yang tepat, sistem AI canggih sekalipun tak akan mampu memberikan hasil yang memuaskan.
Baca juga:
Hindari Spam! Begini Cara Amankan Emailmu
Antara Kecemasan dan Peluang
Kehadiran AI memang menimbulkan dualisme: satu sisi penuh harapan, di sisi lain menimbulkan kecemasan. Banyak pihak khawatir AI akan menggantikan manusia di berbagai sektor. Dengan kemampuannya meniru cara berpikir, belajar, bahkan mengambil keputusan seperti manusia, tidak sedikit profesi yang mulai terancam tergeser.
“Sebagai guru privat bahasa asing, saya akui awalnya khawatir akan digantikan oleh ChatGPT,” ujar Carolyn Knight, dikutip dari Intelligence. Ia menyadari AI memang mampu memberikan pengajaran bahasa yang efektif, cepat, dan selalu tersedia 24 jam.
Namun, Carolyn menambahkan, ada aspek-aspek emosional dan hubungan personal antara guru dan murid yang tidak bisa tergantikan oleh teknologi. “Motivasi, kepercayaan, dan dukungan emosional adalah hal yang belum bisa diberikan AI,” tegasnya.
CEO OpenAI, Sam Altman pun mengakui bahwa AI akan menghilangkan banyak pekerjaan yang ada saat ini. Namun ia menegaskan, dunia tidak akan kehabisan pekerjaan. “Setiap kemajuan teknologi selalu menggantikan sekaligus menciptakan pekerjaan baru,” katanya saat berdiskusi dengan Presiden MIT, Sally Kornbluth.
Profesi Baru yang Menjanjikan
Salah satu profesi baru yang lahir dari kemajuan AI adalah prompt engineer. Tidak hanya menjanjikan dari segi penghasilan, profesi ini juga menjadikan seseorang sebagai “pengendali” AI—mengarahkan kecerdasan buatan untuk bekerja dengan lebih baik dan manusiawi.
Anna Bernstein, seorang prompt engineer di perusahaan AI generatif Copy.ai, menyampaikan bahwa tugas utamanya adalah menulis teks berbasis permintaan pengguna. Konten yang dihasilkan bisa berupa blog, email pemasaran, hingga unggahan media sosial.
Yang menarik, Bernstein tidak memiliki latar belakang ilmu komputer. Ia adalah lulusan sastra Inggris yang sebelumnya bekerja sebagai copywriter dan asisten peneliti sejarah. “Latar belakang saya justru membantu dalam memahami nuansa bahasa dan perilaku manusia, yang sangat penting dalam berinteraksi dengan AI,” ujarnya.
Tugas, Tantangan, dan Keterampilan
Tugas prompt engineer tidak sekadar mengetik perintah ke dalam sistem. Mereka juga harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi error, memastikan ketepatan informasi, serta menyempurnakan hasil dari keluaran AI. Setiap kata memiliki dampak berbeda, sehingga butuh ketelitian dan intuisi kuat untuk merancang prompt yang tepat.
Di samping itu, prompt engineer harus bekerja lintas tim, seperti dengan pengembang perangkat lunak, peneliti AI, hingga tim pemasaran. Mereka juga harus terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang cepat.
Dari sisi teknis, pemahaman terhadap bahasa pemrograman seperti Python, Java, atau JavaScript menjadi nilai tambah. Kemampuan merancang dan mengimplementasikan algoritma juga akan sangat membantu dalam proses optimalisasi sistem AI.
Profesi ini menuntut kreativitas tinggi dan ketekunan, sebab AI tidak selalu menghasilkan keluaran sempurna. Salah satu tantangannya adalah menghadapi model AI yang belum sepenuhnya akurat atau bisa memahami konteks tertentu dengan baik.
Minat yang Meningkat di Indonesia
Meningkatnya pemanfaatan AI di Indonesia menunjukkan peluang yang besar untuk profesi prompt engineer. Berdasarkan survei Statista Consumer Insights periode April–Juni 2024, Indonesia berada di posisi keempat negara dengan pengguna AI terbanyak, yaitu 41 persen dari responden usia 18–64 tahun.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mulai terbuka terhadap kehadiran teknologi AI dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan, menurut survei Intelligent, sejak ChatGPT dirilis, hampir sepertiga mahasiswa di Amerika Serikat mengaku menggunakannya untuk mengerjakan tugas.
AI juga mulai menggantikan peran tutor manusia. Dalam studi terhadap siswa dan orang tua, sekitar 15 persen orang tua mengaku telah mengganti peran guru les anak mereka dengan ChatGPT untuk beberapa sesi pembelajaran.
AI dan Dunia Medis
Tak hanya dalam dunia pendidikan dan bisnis, AI juga mulai merambah ke bidang kesehatan. Prompt engineering telah menjadi topik penelitian khusus, terutama terkait operasional teknis di bidang medis. Bertalan Mesko dalam jurnalnya menyebutkan bahwa tenaga medis pun harus menguasai teknik menyusun prompt untuk bisa bekerja berdampingan dengan AI di masa depan.
Baca juga:
Rekomendasi Laptop 6 Jutaan Terbaik 2025 untuk Menunjang Pekerjaan
Menjadi Garda Depan Masa Depan
Bekerja sebagai prompt engineer berarti ikut menjadi pengarah dari laju perkembangan teknologi masa depan. Profesi ini hadir di berbagai industri, dari hiburan, bisnis, pendidikan, hingga kesehatan. Mereka bukan hanya sekadar teknisi, tetapi juga visioner yang mampu menjembatani kebutuhan manusia dengan kapabilitas mesin.
Prompt engineer adalah contoh nyata bahwa teknologi tidak selalu menjadi ancaman. Ia bisa menjadi peluang, asalkan kita mampu memahami, merespons, dan mengambil peran penting di dalamnya. Di tengah ketidakpastian dunia kerja akibat AI, prompt engineer muncul sebagai harapan baru yang menjanjikan masa depan cerah. (nid)