Oleh: Noval Adib
Tahun 2021 telah berlalu. Kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun 2021 termasuk biasa-biasa saja, malah bisa dibilang pertumbuhan IHSG selama 2021 di bawah rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 12%. Untuk tahun 2021 IHSG tumbuh sebesar 8% saja. Tentu capaian kinerja ini banyak membuat investor kurang puas. Apalagi ditambah tidak adanya window dressing pada bulan desember kemarin, makin membuat banyak investor dan trader kecewa. “Desember 2020 kita panen, desember tahun ini sepi…”, begitu keluh seorang investor di sebuah group wa saham.
Pandemi tentu masih jadi kambing hitam atas memblenya kinerja IHSG tahun 2020. Banyak aktivitas ekonomi yang jadi sangat terganggu dengan adanya kebijakan pemerintah yang tidak bersahabat dengan pasar terkait dengan pandemi. Investor tentu banyak berharap akan terjadi perbaikan di tahun 2022 ini. Namun harapan investor tersebut sepertinya harus ditahan sementara setelah presiden Jokowi mengumumkan untuk melanjutkan status pandemi di tahun 2022 ini.
Lalu saham-saham apa saja yang layak dicermati setidaknya untuk Q1 2022 ini? Dengan diperpanjangnya status pandemi maka setidaknya setor yang bisa diandalkan masih sama dengan tahun 2021 kemarin yaitu sektor transportasi dan logistic, sektor teknologi dan sektor healthcare. Sedangkan sektor2 keuangan, konsumsi, energy tetap masih bisa menjadi pilihan. Adapun sektor yang masih perlu dihindari setidaknya untuk 3 bulan ke depan adalah sector konstruksi dan infrastruktur karena masih akan tertekan dalam situasi pandemi ini.
Untuk sektor transportasi dan logistik PURA layak dicermati. Secara fundamental PURA cukup menarik dengan DER (rasio utang terhadap ekuitas) Cuma 0,1 sedangkan EPS (laba per lembar saham) 1,5 dan PBV (rasio harga terhadap nilai buku) 0,86 yang artinya saham ini masih dijual dengan harga murah. Di samping itu dalam instagramnya desember lalu dirut PURA menginformasikan bahwa di tahun 2022 akan beraliansi dengan perusahaan jasa pengiriman barang JNE. Ini tentu aliansi yang sangat strategis mengingat JNE adalah termasuk pelaku raksasa di bidangnya. Dengan menggandeng JNE maka PURA otomatis akan mendapat captive market yang sangat besar. Dan untuk merealisasikan rencananya itu PURA telah mempersiapkan belanja modal (capital expenditure, capex) sebesar Rp 68 miliar. Secara teknikal PURA juga sedang membentuk pola cup and handle yang mengindikasikan akan menjalani rally panjang untuk beberapa pecan ke depan.
Untuk sektor healthcare layak dicermati SAME. Secara fundamental SAME bagus dengan DER sebesar 0,07 alias hampir tidak memiliki hutang, PBV sebesar 1,49 alias harga jualnya sekarang 1,49 kali nilai bukunya alias sedikit lebih mahal dibanding nilai bukunya. Namun demikian perlu diingat bahwa SAME cukup profitable dengan melihat EPS nya yang sebesar 11,48 serta ROA sebesar 4,33 dan ROE sebesar 4,61. Secara teknikal SAME menunjukkan tanda-tanda mau rebound/mantul ke atas. Ini bisa dilihat dari indicator MACD yang menunjukkan tanda mau golden cross, serta indicator stochastic dan RSI yang berada di area oversold dan sudah menunjukkan tanda mau mantul.
Penulis : Ketua Laboratorium Investasi dan Pasar Modal FEB UB