KANAL24, Malang – Pemanfaatan lahan seperti pekarangan dan halaman rumah oleh masyarakat selama pandemi mengalami peningkatan. Pembatasan aktifitas sosial dimanfaatkan oleh warga untuk mengolah pekarangan dan halaman dengan bercocok tanam.
Di daerah Kabupaten Magelang, terdapat banyak lahan desa yang dimanfaatkan untuk kegiatan tersebut, salah satunya lahan yang dikelola oleh para ibu-ibu PKK di Desa Sidogede, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
“Berdasarkan pemaparan dari mitra kami yang diwakili oleh Ketua PKK Desa Sidogede yaitu Ibu Ratnawati bersama Kepala Desa Sidogede yaitu Bapak Adhitiawan Candra, aktivitas pengolahan lahan masyarakat mitra kurang efektif dan efisien karena untuk lahan seluas 600 m2 membutuhkan 8 kali penyemprotan dengan hand sprayer, dengan sekali proses selama 5 menit, “ kata Kiemas Adhika Mahasiswa FT UB, Senin (30/8/2021).
Penggunaan hand sprayer atau alat semprot konvensional inilah yang menjadi keluhan utama kelompok ini, karena alat ini hanya mampu menampung air sekitar 15 liter dan hanya untuk lahan seluas sekitar 75 m2, ditambah bobot alat hampir 20 kg ketika penuh dengan air, sehingga cukup menguras tenaga.
Mengetahui permasalahan tersebut, Kiemas dan lima mahasiswa melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat menawarkan inovasi alat yang mampu meringankan kerja dari masyarakat mitra dalam mengolah lahan mereka yaitu “Pompa Air Bertenaga Angin dan matahari atau PROTANGIN+”. Alat ini lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan alat semprot yang biasa digunakan masyarakat desa karena tidak memerlukan biaya untuk bahan bakar berupa minyak bumi maupun listrik serta jangkauan yang lebih luas.
“Protangin+ kami hadirkan sebagai solusi bagi warga untuk menyiram tanaman lebih efektif dengan memanfaatkan angin dan matahari,” lanjut Kiemas.
Pada proses pembuatan prototype PROTANGIN+ menggunakan software AutoCad Mechanical Engineering 2020,SolidWork 2020,dan Inventor 2018.Yang dimana dengan software tersebut bisa terbantukan apalagi di tengah pandemi ini,serta kelebihan dari software ini menghasilkan output alat seperti nyata dan kemiripan dengan aslinya sebesar 98%.
Proses kerja alat ini diawali dari hembusan angin yang dikonversikan ke gerakan berputar dan diubah ke gerakan naik turun yang mampu menggerakan pompa yang dapat menyedot air keluar. Selain itu alat ini juga memanfaatkan cahaya matahari/Solar Cell yang dikonversikan ke energi gerak untuk menggerakkan pompa penyedot. Kiemas menambahkan teknologi berupa sensor kelembapan tanah,dimana ketika kelembapan tanah sudah mencapai optimal ,maka sensor tersebut akan memerintahkan PROTANGIN+ ini untuk mengcut penyedotan air.
Alat ini juga dapat dioperasikan dengan tenaga manusia, yaitu berupa gerakan mengungkit pada tongkat ungkit ketika tenaga angin dan cahaya matahari dirasa tidak cukup. Oleh karena itu mitra mampu menerapkannya sehingga mendapatkan efektivitas kerja dan efisiensi waktu yang lebih baik.
“PROTANGIN+ bisa dioperasikan secara manual sehingga tidak perlu khawatir ketika angin atau matahari kurang memadai,” pungkas Kiemas. (sdk)