Kanal24, Malang — Di tengah tantangan pengelolaan limbah organik dan tingginya harga pakan ternak, tim dosen dan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Brawijaya Kediri menghadirkan solusi ramah lingkungan melalui teknologi budidaya maggot terintegrasi. Program yang dilaksanakan di Desa Jarak, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan warga, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Sinergi Iptek dan SDGs di Tingkat Desa
Kegiatan yang berlangsung selama 14 hari ini dirancang untuk memperkenalkan pemanfaatan larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai pengurai limbah organik rumah tangga sekaligus sumber pakan ternak murah dan bergizi. Tim KKN memberikan pelatihan langsung kepada warga, mulai dari pemilihan media, teknik perawatan, hingga proses panen.
Baca juga:
MMD UB Luncurkan Buku Saku Hukum untuk Permudah Administrasi

“Kami melihat potensi besar dari budidaya maggot di desa ini, karena sebagian besar warga memiliki ternak ayam dan ikan. Maggot bisa menjadi pakan alternatif yang lebih murah, mudah dibudidayakan, bergizi untuk ternak sekaligus membantu mengolah sampah organik,” jelas M. Rizal Ramadhani, Ketua Tim KKN PSDKU UB Kediri.
Warga Menyambut dengan Antusias
Respon positif warga terlihat dari inisiatif mereka mencoba membuat wadah budidaya sederhana menggunakan ember bekas dan bambu. Pemahaman baru ini langsung membuka peluang untuk menekan biaya pakan ternak yang selama ini cukup membebani.
“Awalnya kami tidak tahu maggot bisa dijadikan pakan ternak. Setelah dijelaskan, ternyata manfaatnya besar dan bisa menghemat biaya pakan,” ungkap Laastri, seorang pembudidaya lele dari Desa Jarak.
Starter Kit sebagai Modal Awal
Sebagai bentuk dukungan nyata, tim KKN juga membagikan starter kit budidaya maggot kepada beberapa warga. Paket ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk melanjutkan praktik budidaya secara mandiri meskipun program KKN telah usai.
“Teknologi budidaya maggot terintegrasi ini mungkin terlihat sederhana, tapi dampaknya besar. Lewat program ini, kami berharap masyarakat bisa mandiri mengelola limbah organik jadi sesuatu yang bernilai, meningkatkan penghasilan, dan ikut menjaga lingkungan,” terang R. Adharyan Islamy, S.Pi., M.P., Dosen Pembimbing Lapangan KKN PSDKU UB Kediri.

Baca juga:
Program DM FTP UB Latih Santri jadi Wirausahawan Pangan
Langkah Konkret Menuju Desa Mandiri
Selain mengurangi ketergantungan pada pakan ternak pabrikan, program ini juga mendukung pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) terkait produksi dan konsumsi berkelanjutan. Melalui teknologi maggot, warga dapat menekan jumlah limbah organik yang berakhir di tempat pembuangan akhir, sekaligus mengolahnya menjadi produk bernilai.
Inovasi budidaya maggot terintegrasi yang dibawa tim PSDKU UB Kediri menjadi contoh nyata kolaborasi antara kampus dan masyarakat. Dari sebuah desa kecil di Kediri, lahirlah solusi yang tidak hanya menyentuh aspek ekonomi, tetapi juga lingkungan dan ketahanan pangan. Harapannya, inisiatif ini dapat menginspirasi desa-desa lain untuk mengadopsi pendekatan serupa, menciptakan masa depan yang lebih mandiri dan berkelanjutan. (nid)