Sel-sel yang ada di dalam tubuh kita terus menerus melakukan berubah secara teratur, dan perubahan ini bersifat irreversible. Sel-sel tersebut terprogram untuk menuju penuaan dan tidak bisa kembali muda. Keteraturan perubahan tersebut dikendalikan oleh gen dan juga lingkungan, gaya hidup, cara berfikir dan makanan. Bahkan gen-gen ditubuh kita dapat merespon bentuk-bentuk kesalehan sosial yang kita kerjakan. Orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk kebaikan masyarakat, secara alami tubuhnya menghambat ekspresi gen-gen yang berfungsi sebagai pencetus penyakit-penyakit degeneratif dan menurunkan depresi. Sebaliknya, orang-orang yang hedonics (seeking pleasure; self center) memiliki ekspresi gen-gen pro inflammatory yang lebih aktif1 sehingga rentan terkena penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung dan obesitas, serta meningkatan depresi2.
Demikian halnya di dalam tubuh kita terdapat mikroorganisme yang jumlahnya kira-kira 39 trillion atau hampir sama dengan jumlah sel tubuh kita sebesar 30 trillion3. Mikroba tersebut memegang peranan penting dalam mengendalikan ekspresi gen pada tubuh kita. Bahkan interaksi yang kurang menguntungkan dapat memicu terjadinya inflamasi, penyakit degeneratif dan kanker4. Mirkoba dalam tubuh kita akan bereaksi terhadap makan yang kita makan, sebagai contoh pemanis buatan yang dikunsumsi dengan harapan terhindar diabetes, justru akan direspon oleh mikroba tersebut dengan menghasilkan metabolit yang akan memicu glucose intolerance yang berperan dalam kemunculan penyakit diabetes itu sendiri5.
Proses aging atau penuaan terjadi secara gradual dan tidak bisa dihindari, dan sampai sekarang belum ada yang dapat mencegah proses ini. Meskipun proses penuaan ini dapat dihambat dengan perbaikan pada pelayanan kesehatan dan lifestyle. pada negara-negara maju yang memiliki fasilitas kesehatan yang baik, ketercukupan nutrisi dan penngetahuan kesehatan pada masyarakatnya sehingga mampu meningkatkan usia harapan hidupnya6. Beberapa pendekatan telah terbukti dapat menghambat penuaan seperti calory restiction7, aplikasi herbal8 dan obat-obatan9. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa calory restriction mampu menghambat aging. Bahkan penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa puasa selama 5 hari setiap bulannya selama tiga bulan mampu menguraki faktor resiko aging dan penyakit yang menyertai aging10.
Lifestyle dan Cancer
Salah satu penyebab utama kanker adalah genomic instability, yang sangat di pengaruhi (90%) oleh faktor lifestyle dan lingkungan11. Sehingga setidaknya 50% kanker sebenarnya dapat dicegah dengan memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok; tidak mengkonsusmi alkohol; mengontrol berat badan; berolahraga; makanan yang cukup sayur dan buah; mengurangi garam, gula dan supplement; serta menyusui11,12 bagi ibu-ibu untuk mencegah kanker payudara. Indonesia sangat kaya akan sayur dan buah-buahan, yang merupakan sumber fitokimia yang sangat menguntungkan untuk kesehatan, dengan fungsi sebagai berikut: 1) menstimulasi imun sistem, yang cenderung menurun seiring dengan penuaan; 2) mencegah terjadinya carcinogenesis; 3) mencegah terjadinya kerusakan DNA dan membantu melakukan DNA repair; 4) mengurangi oxidative stress, yang memicu kanker; 5) memperlambat pertumbuhan sel kanker; 6) memicu sel kanker apoptosis; 7) membantu meregulasi hormone.
Konsumsi gula yang berlebih disinyalir juga memiliki penyebab terjadinya kanker, meskipun tidak secara langsung. Sel-sel kanker secara umum mengalami perubahan sifat sehingga menggunakan glukosa (diuraikan dari gula) sebagai bahan bakar untuk membelah dan tumbuh. Mengkonsumi makanan yang banyak mengandung gula sehingga melebihi kebutuhan kalori akan meningkatkan glukosa di dalam darah, yang berarti menyediakan bahan bakar untuk pertumbuhan kanker, demikian juga kelebihan gula akan diubah menjadi lemak yang meningkatkan resiko terjadinya kanker13. Kebiasaan-kebiasaan mengurani konsumsi gula pada kopi dan teh, serta menambahkan coklat pada kopi yang akan kita minum diperkirakan dapat mencegah kanker.
Stress dan cancer
Organisme yang terlahir di alam ini selalu diuji dengan permasalahan, mulai dari kemampuan adaptasi dengan lingkungan, pangan dan hubungan sosial antar organisme. Setiap permasalahan yang dihadapi akan dapat menimbulkan stress. Sehingga kemampuan mengelola stress ini menjadi kunci agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Stress yang di kelola dengan baik akan meningkatkan kesehatan, fungsi otak dan kemampuan adaptasi. Namun sebaliknya jika stress tidak di kelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai macam penyakit14.
Pada umumnya orang tidak ingin merasa stress, meskipun tubuh kita sebenarnya memerlukan stress, khususnya intermittent stressful (brief stress), stress ini diperlukan untuk mengoptimumkan kerja sel di dalam tubuh sehingga mampu menyiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan, bahkan stress ini mampu meningkatkan kapasitas berfikir (fungsi otak)15. Sedangkan stress yang terjadi secara terus menerus (chronic stress) kurang menguntungkan bagi tubuh, dapat menyebabkan aterosklerosis16, kanker, dan penurunkan kinerja imun sistem14. Stress tersebut juga memiliki korelasi yang kuat dengan kanker payudara dan prostat, demikian juga progresifitas kanker menjadi metastasis.