Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Puasa Ramadhan adalah salah satu cara Allah di dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, khususnya kualitas spiritual dalam hubungannya dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itulah maka puasa hanyalah untuk Allah dan hanya Allah pulalah yang akan memberikan balasannya.
Puasa adalah jalan taqarrub atau pendekatan kepada Allah yang terbaik, karena dengan berpuasa, maka seseorang manpu membersihkan jiwanya, dan pada jiwa yang bersih itulah akan bersambung (wushul) dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, komunikasi akan lebih mudah terjalin dan doa akan mudah dikabulkan oleh Allah swt.
Perhatikan bagaimana Nabiyallah Musa menyendiri untukmu munajat dan berkomunikasi langsung dengan Allah di tempat yang tinggi di atas bukit Sinai. Gunung yang berada di Mesir, tepatnya di Semenanjung Sinai Selatan bagian tengah wilayah Janub Sina. Yang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah salat di tempat itu saat dibersamai dengan Jibril dikala perjalanan Isra Mi’raj.
Dialog nabiyallah Musa dengan Allah subhanahu wa ta’ala di Atas Bukit Sinai ini diabadikan oleh Allah di dalam Alquran Surat Al A’raf ayat 143 dan Surat Al An’am ayat 151-153.
وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِيٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىنِي وَلَٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِيۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكّٗا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقٗاۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” (Q.Surat Al-A’raf: 143)
Firman Allah ini memberikan satu kesan, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Maha Agung yang keagungannya melampaui dari seluruh bumi dan seisinya. Kesan kedua yang dapat dipelajari adalah bahwa Nabi Musa dapat berkomunikasi langsung dengan Allah, karena kebersihan hatinya dan hubungannya yang kuat dengan Allah. Bersihnya hati dan hubungan yang kuat (taqarrub) adalah dua kata kunci untuk dapat menjadikan seseorang berjumpa dengan Allah swt.
Selanjutnya adalah Firman Allah pada Surat Al An’am ayat 151-153.
قُلْ تَعَالَوْا۟ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُم مِّنْ إِمْلَٰقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا۟ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). ((QS. Al An’am : 151)
وَلَا تَقْرَبُوا۟ مَالَ ٱلْيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُۥ ۖ وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ بِٱلْقِسْطِ ۖ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَإِذَا قُلْتُمْ فَٱعْدِلُوا۟ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۖ وَبِعَهْدِ ٱللَّهِ أَوْفُوا۟ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”
((QS. Al An’am : 152)
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”((QS. Al An’am : 153)
Dari 3 ayat diatas ini, terdapat 10 perintah Allah kepada Nabi Musa yang dikenal dengan Ten commandment. Antara lain :
- Mentauhidkan Allah dan tidak mempersekutukannya.
- Berbakti kepada kedua orang tua.
- Pasrah dan Yakin bahwa Allah Maha Pemberi rezeki, karena itu jangan bunuh anak karena takut miskin.
- Dilarang berbuat keji dalam keadaan apapun
- Dilarang membunuh tanpa alasan yang benar
- Dilarang memakan harta anak yatim dan bahkan harus peduli pada mereka.
- Jangan mengurangi timbangan,
- Berkatalah jujur dan berlakulah yang adil.
- Tepati dan penuhi janji.
- Ikutilah jalan Allah yang lurus, jangan berpaling.
10 perintah ini adalah perintah yang Allah juga tetapkan kepada para nabinya. Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang menyempurnakan semua perintah Allah ini melalui Alquran sebagai mukjizat terbesar. Puasa Ramadan sejatinya adalah untuk mempersiapkan diri manusia, khususnya orang yang beriman, untuk menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana yang diperintahkan terhadap para nabinya. Karena dengan berpuasa seseorang akan belajar bersabar, belajar menerima, belajar pasrah-tawakal, dan belajar ketaatan kepada Allah. Puasa Ramadhan adalah mempersiapkan manusia untuk menjadi hamba yang patuh dan taat atas perintah. Dan inilah hakikat takwa itu. atas perintah-perintah Allah tersebut semoga puasa kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala Amin ya robbal alamin. (ams)
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang