KANAL24, Jakarta – Sebagai bentuk dukungan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia (BI) telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp129,92 triliun pada tahun 2021 (hingga 15 Oktober 2021). Dengan longgarnya likuiditas itu diharapkan perbankan bisa semakin fleksibel dalam menyalurkan pembiayaan untuk menopang kredit.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan pihaknya melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp142,54 triliun (hingga 15 Oktober 2021) yang terdiri dari Rp67,08 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO).
“Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada September 2021 sangat longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 33,53 persen,” ujar Perry, Kamis (21/10/2021).
Sementara itu pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar 7,69 persen (yoy). DPK ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya sejalan dengan pemulihan aktivitas usaha dan konsumsi masyarakat. Kemudian untuk kondisi likuiditas perekonomian meningkat yang tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 11,2 persen (yoy) dan 8 persen (yoy).
“Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh kredit perbankan yang mengindikasikan semakin meningkatnya pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional,” pungkas dia.(sdk)