KANAL24, Malang – penyakit pada tanaman menjadi momok bagi para petani dalam merawat tanamannya. Hal ini membuat tiga mahasiswa yang merupakan Tim PKM-RE Universitas Brawijaya (UB) yang diketuai oleh Abdillah Amirul Saleh (S1 Agroekoteknologi) berserta Alya Shofiya (S1 Agroekoteknologi) dan Erik Wahyuni dari (S1 Agroekoteknologi) di bawah bimbingan Tita Widjayanti SP., M.Si., telah menciptakan inovasi pupuk BIOSCAP. Pupuk ini adalah bio-organik multifungsi dari limbah makanan dan peternakan dengan campuran konsorsium rizobakteri yang dapat menekan intensitas penyakit dan meningkatkan produktivitas pertumbuhan tanaman.
Inovasi tersebut dilatar belakangi karena banyaknya limbah makanan dan peternakan yang semakin menumpuk di tempat pembuangan akhir dan belum dimanfaatkan dengan optimal. Limbah yang belum dimantaafkan dan berpotensi besar untuk dikembangkan adalah cangkang telur, kulit pisang, dan bio-slurry. Menurut data BPS, produksi cangkang telur di Indonesia mencapai 4.753.382 ton dan produksi kulit pisang di Indonesia mencapai 4.368.394 ton. Sedangkan bio-slurry merupakan limbah sisa pengolahan biogas yang jarang dimanfaatkan dan hanya menumpuk di dalam septic tank.
“Bioscap ini kami latabelakangi dari banyaknya limbah makanan yang sebenarnya masih bias diolah menjadi pupuk yang bermanfaat bagi petani,” kata Abdilah, Senin (13/9/2021)
Limbah organik yang jarang dimanfaatkan tersebut berpotensi untuk dijadikan pupuk yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan cangkang telur dapat sebagai sumber kalsum (Ca) dan magnesium (Mg) yang tinggi, kulit pisang dapat sebagai sumber Kalium (K), dan bio-slurry sebagai sumber Nitrogen (N), fosfor (P), dan Kalium (K). Selain itu, BIOSCAP juga mengandung mikroorganisme menguntungkan yaitu Bacillus sp., Pseudomonas sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Aspergillus niger yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produktivitas pertumbuhan..
Selain itu, pupuk BIOSCAP dapat berperan sebagai bioprotektan dan biostimulan yang dapat menekan dan menghambat intensitas serangan penyakit. Pupuk ini telah diuji pada tanaman kedelai yang terinfeksi penyakit Soybean Mosaic Virus (SMV). SMV dapat menurunkan produktivitas tanaman sebesar 25,48% hingga 93,84%. Penggunaan pupuk BIOSCAP terbukti mampu menekan intensitas penyakit SMV dan meningkatkan produktivitas kedelai.
“Melalui penemuan ini, diharapkan pupuk ini mampu menjadi solusi bagi petani untuk mengatasi penyakit pada tanaman, khususnya soybean mosaic virus pada kedelai,” harap Abdillah. (sdk)