Kanal24 – PT Pupuk Indonesia (Persero) bersiap untuk menjadi produsen utama amonia biru dan hijau di daratan Asia, karena kedua senyawa gas ini diperlukan untuk keperluan energi yang ramah lingkungan.
Bakir Pasaman selaku Direktur Utama Pupuk Indonesia mengatakan bahwa pemanfaatan energi ramah lingkungan dari amoniak harus dioptimalkan karena Pupuk Indonesia saat ini merupakan pemasok utama amoniak di Indonesia.
“Green energy ini yang sangat menarik, artinya sebagai pemain amonia tentunya kami menjadi leading sector di Indonesia atau di wilayah Asia sebagai produsen blue ammonia maupun green ammonia,” ujarnya dalam sebuah webinar di Jakarta (23/8/2022).
Bakir mengatakan volume perdagangan amonia saat ini mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun, pada tahun 2030, volume perdagangan amonia untuk sumber energi diperkirakan mencapai 30 juta ton.
Menurutnya, seluruh dunia mulai berpikir untuk memproduksi amoniak menjadi energi yang ramah lingkungan selaras dengan program pengurangan emisi karbon untuk mencegah pemanasan global.
Pengembangan amonia hijau dan amonia biru sebagai sumber energi ramah lingkungan juga menjadi salah satu upaya Pupuk Indonesia demi menurunkan penurunan emisi karbon.
Hingga saat ini, perusahaan telah menjalin berbagai kemitraan untuk mencapai hal tersebut, termasuk memiliki tiga roadmap.
Pertama, jangka pendek pada tahun 2023-2030. Pada titik ini, Pupuk Indonesia mulai menggunakan sumber energi terbarukan, sekaligus mengurangi emisi.
Sumber energi tersebut berasal dari pembangkit listrik tenaga air yang diperoleh dari PLN. Sumber energi ini mulai menggantikan penggunaan minyak bumi atau gas alam sebagai sumber pembangkit listrik pada pabrik pupuk.
“Itu sudah ada di pabrik Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik. Tahun depan akan diterapkan mulai dari Pusri Palembang, Pupuk Kaltim, dan Pupuk Iskandar Muda. Ini yang bisa kami lakukan dalam short term,” jelas Bakir.
Pupuk Indonesia juga melakukan revamping atau pengembangan pabrik pupuk untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi karbon, serta mengembangkan amonia hijau dengan menggunakan pabrik yang sudah ada.
Selain itu, emisi karbon tersebut juga akan digunakan untuk mengembangkan produk caustic soda ash yang akan digunakan sebagai bahan baku industri kaca, keramik, dll.
“Kami coba memulai menghilangkan karbon dioksida dengan mengkonversi ke dalam bentuk lain, misalnya soda ash yang bahan bakunya itu adalah carbon dioxide, ini bisa kami konversi menjadi soda ash dan bisa mengurangi emisi karbon dioksida dan kami mengurangi energi yang berlebihan, sehingga karbon yang dibuang menjadi lebih sedikit,” terang Bakir.
Pada jangka menengah di periode 2030-2040, Pupuk Indonesia mulai mengembangkan amonia biru.
Karbon dari produksi amonia dapat dipompa ke dalam tanah menggunakan teknologi carbon capture and storage (CCS). Injeksi karbon akan lebih efektif jika dilakukan di reservoir sumur minyak atau gas tua di Indonesia.
Pupuk Indonesia telah melakukan studi dengan sejumlah perusahaan dari Jepang untuk memproduksi amonia biru.
Strategi ketiga diterapkan untuk periode 2040-2050 atau jangka panjang. Bakir mengungkapkan Pupuk Indonesia Group akan mengembangkan pabrik amoniak hijau skala komersial baru yang akan diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi, untuk menghasilkan industri yang ramah lingkungan.
Bakir menambahkan, banyak perusahaan di seluruh dunia yang sudah mulai mengembangkan amonia hijau dan biru. Amonia adalah sarana distribusi hidrogen sebagai sumber energi masa depan.
Ia berharap Pupuk Indonesia bisa menjadi pemain utama di sektor amonia. Bakir optimis dapat menangkap peluang itu karena Pupuk Indonesia memiliki fasilitas dan sangat berpengalaman dalam pengelolaan produksi dan penyimpanan amonia.
Namun, Bakir mengungkapkan ada beberapa tantangan untuk mewujudkan itu, salah satunya membutuhkan investasi yang cukup besar.
“Namun, Pupuk Indonesia sudah memiliki kerja sama dengan Pertamina dan PLN untuk memanfaatkan ammonia untuk mendukung penyediaan energi baru dan terbarukan,” pungkasnya.