Kanal24, Malang – Reshuffle kabinet pertama di era Presiden Prabowo Subianto membawa perubahan besar dalam jajaran ekonomi pemerintahan. Sosok Sri Mulyani Indrawati yang selama hampir satu dekade dikenal sebagai penjaga ketat fiskal Indonesia, resmi digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa. Pelantikan yang berlangsung di Istana Negara pada Senin (08/09/2025), menandai babak baru dalam arah kebijakan ekonomi nasional. Publik kini menanti gebrakan apa yang akan dilakukan Purbaya dalam mengawal strategi keuangan negara, terutama di tengah tuntutan pertumbuhan yang lebih cepat dan berkelanjutan.
Pesan Presiden: Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam sambutannya usai pelantikan, Purbaya menyampaikan pesan khusus yang diberikan Presiden Prabowo. Kepala Negara menekankan pentingnya mengembalikan arah ekonomi dan menciptakan pertumbuhan yang lebih cepat. Menurut Purbaya, sistem di Kementerian Keuangan tidak akan dirombak total, melainkan dioptimalkan agar dapat bekerja lebih efektif.
Baca juga:
Stabilitas Sektor Keuangan Indonesia Terjaga Hingga Agustus
“Saya tidak akan membuat mesin baru, tetapi menyempurnakan yang ada. Sistem yang berjalan akan dipercepat dan dimaksimalkan. Pesan Presiden jelas, arahkan ekonomi ke pertumbuhan lebih cepat,” tegas Purbaya di Kantor Kemenkeu.
Tugas Berat Menuju Target 8 Persen
Salah satu target ambisius yang dibebankan Presiden Prabowo adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Purbaya mengakui hal itu sulit dicapai dalam waktu singkat, namun ia tetap optimistis target tersebut bisa diraih dalam 2–3 tahun mendatang.
Menurutnya, kunci keberhasilan terletak pada menghidupkan dua mesin utama ekonomi: sektor swasta dan peran pemerintah. Pada era SBY, sektor swasta menjadi motor utama, sementara di era Jokowi pembangunan infrastruktur gencar dilakukan oleh pemerintah. Ke depan, Purbaya ingin keduanya berjalan beriringan.
“Kalau swasta dan pemerintah sama-sama bergerak, pertumbuhan 6–7 persen bukan hal sulit. Bahkan 8 persen masih bisa dikejar jika desain kebijakan tepat,” jelasnya.
Rekam Jejak Panjang dalam Ekonomi Nasional
Purbaya bukanlah nama baru dalam dunia kebijakan ekonomi Indonesia. Latar belakang akademiknya berawal dari Institut Teknologi Bandung (ITB), sebelum melanjutkan studi magister dan doktor di bidang ekonomi di Purdue University, Amerika Serikat. Karier profesionalnya mencakup pengalaman di Danareksa, sektor pasar modal, hingga menduduki posisi penting di berbagai kementerian dan lembaga negara.
Ia pernah menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden SBY, Staf Khusus di Kemenko Perekonomian, hingga Deputi di Kantor Staf Presiden. Purbaya juga berperan penting dalam menangani krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Pengalaman panjang ini disebutnya sebagai modal utama dalam menghadapi tantangan di Kementerian Keuangan.
Harapan dari Kalangan Dunia Usaha
Penunjukan Purbaya disambut dengan optimisme oleh para pelaku usaha. Sekretaris Jenderal HIPMI, Anggawira, menilai rekam jejak panjang Purbaya menjadi modal kuat untuk membawa kesinambungan kebijakan sekaligus ruang inovasi baru.
“Pengusaha menaruh harapan agar Menkeu baru dapat memperkuat akses pembiayaan, menurunkan biaya intermediasi, serta memperluas stimulus fiskal. UMKM butuh dorongan agar bisa tumbuh lebih cepat,” ujar Anggawira.
Menurutnya, sinergi kuat antara pemerintah dan dunia usaha menjadi kunci bagi Indonesia dalam menjaga stabilitas makro sekaligus mencapai pertumbuhan inklusif.
Tanggapan Ekonom Independen
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, juga menyebut pergantian ini sebagai sinyal positif. Menurutnya, banyak kritik terhadap kebijakan fiskal sebelumnya yang perlu ditangani dengan pendekatan berbeda.
“Pengumuman pergantian Sri Mulyani merupakan berita positif. Namun pekerjaan rumahnya besar, mulai dari pengelolaan pajak, belanja negara, hingga tingginya beban utang. Celios akan mengawal kebijakan Menkeu Purbaya secara kritis dan berbasis data,” ungkap Bhima.
Tantangan Besar yang Menanti
Meski mendapat banyak dukungan, tantangan di depan tidak ringan. Defisit anggaran, ketergantungan pada utang, serta perlambatan ekonomi global menjadi ujian nyata bagi Purbaya. Ia dituntut untuk menjaga stabilitas fiskal, mendorong reformasi pajak, dan memastikan setiap belanja negara produktif.
Selain itu, Purbaya juga harus menjawab aspirasi masyarakat terkait pemerataan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif menjadi syarat agar target besar pemerintah tidak hanya tercatat di angka statistik, tetapi juga dirasakan nyata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Baca juga:
Discrete Choice Experiment Jadi Metode Penting Riset Peternakan
Harapan pada Konsistensi dan Keberanian
Kehadiran Menkeu baru memberi angin segar sekaligus ekspektasi tinggi. Publik berharap Purbaya tidak hanya melanjutkan fondasi yang telah dibangun, tetapi juga berani melakukan terobosan agar Indonesia bisa masuk ke jajaran negara berpenghasilan tinggi. Konsistensi kebijakan, keberanian mengambil keputusan strategis, serta kemampuan menjaga kepercayaan publik akan menjadi penentu keberhasilan langkahnya.
“Indonesia harus mampu melompat lebih jauh. Dengan strategi fiskal yang tepat, dukungan politik dari Presiden, serta sinergi dengan sektor swasta, jalan menuju pertumbuhan berkelanjutan masih terbuka lebar,” pungkas Purbaya. (nid)