Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) resmi meluncurkan Climate & Health Centre, sebuah pusat kajian terpadu yang berfokus pada hubungan perubahan iklim dan kesehatan masyarakat. Acara ini digelar oleh Fakultas Kedokteran UB pada Kamis (04/12/2025), bertempat di Auditorium Lantai 10 Gedung Pendidikan Bersama, sebagai langkah strategis menghadapi meningkatnya risiko kesehatan akibat perubahan iklim.
Perubahan iklim yang semakin nyata telah memicu peningkatan kasus penyakit serta gangguan kesehatan masyarakat di berbagai daerah. Fakultas Kedokteran UB melihat kebutuhan untuk memperkuat riset, kolaborasi lintas sektor, dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang lebih komprehensif. Peluncuran Climate & Health Centre ini menjadi jawaban atas urgensi tersebut, dengan harapan mampu menghadirkan data, kajian, dan solusi adaptasi-mitigasi yang relevan bagi pemerintah daerah maupun nasional.
Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada Kamis (04/12/2025) di Auditorium lantai 10 Gedung Pendidikan Bersama. Menghadirkan tiga narasumber utamaāDekan FK UB Prof. Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med., Sp.A(K); Ketua Tim Kerja PTM-KESWA Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Paulus Gatot; serta Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon BPLH Ir. Ary Sudijanto, M.S.E.āacara ini menandai babak baru kolaborasi ilmiah dalam isu kesehatan terkait perubahan iklim.
Baca juga:
Waspada Manipulasi Emosional, Begini Cara Hadapi Si Playing Victim
Kolaborasi Panjang Berbasis Riset
Dekan Fakultas Kedokteran UB, Prof. Wisnu Barlianto, menegaskan bahwa pendirian Climate & Health Centre merupakan tindak lanjut dari riset panjang yang telah dilakukan bersama George Institute dan NYC-L. Menurutnya, pusat ini akan menjadi ruang implementatif yang lebih tajam dan terarah.
āKe depan, dengan center ini banyak kegiatan terkait perubahan iklim dan kesehatan dapat dilakukan, terutama dalam memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah,ā ujarnya. Ia menambahkan bahwa penelitian mengenai polusi udara, dampaknya pada kesehatan, serta langkah mitigasi dan adaptasi akan menjadi fokus utama. Selain itu, UB membuka peluang kolaborasi lebih luas dengan lintas disiplin seperti sosial dan ekonomi.
Antisipasi Peningkatan Penyakit Tidak Menular

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang melalui Ketua Tim Kerja PTM-KESWA, Paulus Gatot, mengapresiasi langkah UB dalam menginisiasi pusat kajian ini. Menurutnya, perubahan iklim kini membawa tantangan serius berupa peningkatan penyakit tidak menular, terutama yang berkaitan dengan polusi udara.
āPembakaran sampah plastik dan polusi udara semakin meningkatkan kasus penyakit degeneratif, seperti PPOK. Dengan adanya riset kualitas udara dan dampaknya, kami bisa mengantisipasi penyakit apa yang berisiko meningkat,ā jelasnya. Ia berharap data yang dihasilkan center ini dapat menjadi dasar kuat untuk penyusunan kebijakan kesehatan di Kabupaten Malang, khususnya dalam rangka pencegahan penyakit tidak menular berbasis iklim.
Perubahan Iklim: Ancaman Nyata yang Butuh Adaptasi
Deputi Pengendalian Perubahan Iklim BPLH, Ir. Ary Sudijanto, menegaskan bahwa krisis iklim bukan lagi isu abstrak. Bencana hidrometeorologi yang terjadi di berbagai wilayah, termasuk Sumatera Utara, menjadi bukti bahwa dampaknya sudah sangat nyata.
Menurutnya, meski upaya mitigasi global dalam menurunkan emisi gas rumah kaca masih membutuhkan negosiasi panjang, langkah adaptasi harus segera dilakukan. āKehadiran pusat ini sangat relevan dan momentum yang tepat. Kita perlu memperkuat aspek adaptasi agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim,ā tuturnya.
Ir. Ary berharap center ini mampu merumuskan langkah-langkah praktis untuk meningkatkan resilience masyarakat serta mengurangi kerentanan terhadap dampak perubahan iklim, terutama bagi daerah rentan seperti Indonesia.

Harapan dan Langkah ke Depan
Dengan berdirinya Climate & Health Centre, Universitas Brawijaya berharap dapat menjadi motor penelitian sekaligus mitra strategis pemerintah dalam merumuskan kebijakan terkait kesehatan dan iklim. Berbagai pihak sepakat bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.
Pusat ini diproyeksikan menjadi ruang integratif untuk riset, inovasi, serta pengembangan data berbasis ilmiah yang dapat membantu daerah, khususnya Malang Raya, dalam merumuskan strategi kesehatan masyarakat yang adaptif dan berkelanjutan. (nid/dht)









