KANAL24, Blitar – Penyakit antraknosa atau dikenal dengan patek sampai kini masih menjadi momok bagi petani cabai, karena bisa menyebabkan gagal panen. Parahnya, cabai yang sudah siap panen membusuk dan menurun produksinya.
Penyakit patek merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai dan banyak menyebabkan kerugian bagi petani. Kehilangan hasil produksi cabai akibat serangan penyakit ini diperkirakan mencapai 20–90 persen, terutama di musim penghujan. Penyakit patek pada cabai disebabkan cendawan Colletotrichum capsici.
Penyakit ini dapat menyerang semua fase buah cabai, baik saat fase cabai masih muda maupun fase sudah masak. Kasus serangan penyakit patek ini menimpa petani cabai di Kabupaten Blitar. Petugas Pengamat OPT Kabupaten Blitar melaporkan banyak tanaman cabai terserang penyakit antraknosa.
Lahan yang banyak terserang adalah milik anggota Kelompok Tani Mangun Karyo, Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Untuk membantu petani, UPTD BPTPH Provinsi Jawa Timur bersama Laboratorium PHP Tulungagung melakukan gerakan pengendalian penyakit patek (antraknosa) menggunakan agens pengendali hayati Trichoderma diselingi Plant Growth Promoting Rhyzobacteria (PGPR). Upaya ini diaplikasikan setiap dua hari sekali.
“Bantuan bahan pengendalian tersebut diharapkan dapat mengurangi serangan patek sekaligus mengurangi penggunaan pestisida kimia,” ujar Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto, dalam keterangannya, Rabu (12/8/2020).
Prihasto menjelaskan, bentuk bantuan ini hanya sebagai stimulan saja agar petani dapat beralih dari budidaya konvensional berbahan kimia ke budidaya ramah lingkungan. “Tentunya dengan mengaplikasikan agens hayati dan pestisida nabati,” ujarnya.
Terpisah, Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf meminta UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (PHP) dan Laboratorium Agens Hayati (LAH) agar lebih intensif lagi melakukan gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan. Caranya dengan menggunakan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan dan terus menyebarluaskannya ke petani.
“Diharapkan penerapan budi daya cabai ramah lingkungan di Kabupaten Blitar dapat meningkat sehingga petani sedikit demi sedikit dapat mengurangi ketergantungan pada penggunaan pestisidia kimia sintetik,” kata Yanti. (sdk)