KANAL24, Malang – Kesehatan mental menjadi bidang kesehatan masyarakat yang seringkali diabaikan, padahal merupakan salah satu area yang memiliki dampak besar akibat pandemi COVID-19. Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyatakan bahwa sebanyak 1.522 orang telah mengalami gangguan kesehatan mental akibat pandemi COVID-19. Sedangkan data dari Kementerian Kesehatan menampilkan bahwa tercatat sebanyak 277 ribu kasus kesehatan jiwa di Indonesia pada tahun 2020
Berdasarkan data Satgas COVID-19 menyatakan bahwa sebanyak 5.770 masyarakat Kota Malang terdampak COVID-19 dan ribuan pekerja dirumahkan atau dikarantina. Pemberlakukan pembatasan aktifitas dalam jangka panjang memiliki dampak yang cukup besar yaitu ketakutan akan infeksi, frustasi, informasi yang tidak memadai, dan bosan. Masyarakat yang mengalami rasa bosan mulai mencari aktivitas produktif, salah satunya bercocok tanam
Dari kondisi tersebut sekelompok penelitia muda Universitas Brawijaya yang terdiri dari Hayatin Sapitri (Agribisnis, 2019) dengan keempat rekannya yaitu Anton Meilus Putra (Agroekoteknologi, 2018), Ninda Rahayuningtyas (Agroekoteknologi, 2018), Andika Riyan Saputra (Sosiologi, 2018) dan Alya Jauza Rahmayanti (Psikologi, 2018) dibawah bimbingan Rachman Hartono, SP., MP melakukan riset untuk mengetahui potensi berkurangnya tingkat stres dan meningkatkan kesehatan mental pada masyarakat Kota Malang di masa pandemi dengan terapi hijau.
“Kami ingin mengetahui potensi berkurangnya tingkat stres dengan terapi hijau untuk warga Kota Malang selama pandemi,” kata Hayatin Sapitri, Senin (23/8/2021)
Riset ini dilakukan pada 40 RT yang tersebar di 10 kelurahan dan 5 Kecamatan di Kota Malang. Adapun kelurahan yang terpilih yaitu Kelurahan Sumbersari dan Kelurahan Ketawanggede (Kecamatan Lowokwaru), Kelurahan Purwantoro dan Kelurahan Purwodadi (Kecamatan Blimbing), Kelurahan Klojen dan Kelurahan Sukoharjo (Kecamatan Klojen), Kelurahan Lesanpuro dan Kelurahan Kedungkandang (Kecamatan Kedungkandang), Kelurahan Tanjungrejo dan Kelurahan Sukun (Kecamatan Sukun). Riset ini dilakukan dari tanggal 20 Juni 2021 hingga 7 Juli 2021 dengan menyebarkan kuesioner melalui ketua RT.
Berdasarkan survey didapatkan hasil bahwa aktivitas berkebun dapat meningkatkan kesehatan mental, mengurangi stress, dan memperbaiki kualitas tidur. Hal ini terealisasi dengan baik apabila masyarakat menyediakan lahan kurang 10% untuk berkebun dan melakukan aktivitas berkebun secara intensif mulai dari menanam, merawat, hingga panen.
“Dari hasil penelitian kami menunjukkan terapi hijau melalui aktifitas berkebun mengurangi dampak stress selama pandemi,” imbuh Hayatin.
Riset ini mendapatkan pendanaan dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan berjuang untuk mewakili Universitas Brawijaya menuju PIMNAS 34.(sdk)