KANAL24, Malang – Komoditas sawit beserta turunannya saat ini masih menjadi primadona ekspor Indonesia. Namun perawatan kebun sawit bukanlah tanpa masalah karena masih dihantui oleh penyakit busuk pangkal batang dari jamur Ganoderma.sp. Penyakit ini menjadi momok karena jamur Ganoderma.sp mampu menyebabkan ratusan pohon sawit mati terutama pada kebun generasi 3 dan 4.
“Jamur Ganoderma.sp memang menjadi momok dalam perawatan kebun sawit hingga saat ini, dan ini menjadi konsen kami untuk ikut memberikan solusi,” kata mahasiswa FP UB Muhammad Fauzi R, Rabu (25/8/2021).
Menurut Fauzi kondisi ini bukan tanpa solusi, namun selama ini pemusnahan jamur dengan dengan menggunakan fungisida secara konvensional yaitu penyemprotan ke lahan sawit. Namun berdasrkan hasil penelitian yang ad acara ini kurang efektif dan memiliki beberapa kelemahan.
“Penyemprotan membutuhkan tenaga dan waktu yang besar serta petani rentan terkena resiko dari cairan kimia tersebut. Dalam jangka panjang ini berbahaya,” lanjutnya.
Dari kondisi tersebut Muhammad Fauzi Romadhon mengajak mahasiswa FP Ub lainnya yakni Alifia Al-Zahra, Shafiyyah Ramadhani Arafa, Sendy Prasetyo, dan Fa’iz Mubarok Fadhlullah yang yang dibimbing oleh Mochammad Roviq, SP. MP.. Tim melakukan pengembangan alat pembantu untuk penanganan jamur Ganoderma sp. di perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Tim menyusun sebuah alat pembantu yang bernama Plant Protection Drone. Drone ini dilengkapi dengan sistem penyemprot dan sistem kerja berbasis Internet of Things (IoT) dan yang dibuat secara khusus sehingga bisa digunakan pada perkebunan kelapa sawit.
Sistem penyemprot pada Plant Protection Drone berbeda dengan sistem penyemprot pada drone pertanian umumnya. Sistem penyemprot Plant Protection Drone dibuat khusus sehingga dapat menyemprot lurus ke target yang berupa pohon kelapa sawit secara langsung.
Fauzi menjelaskan bahwa drone besutan timnya memiliki empat fitur yaitu autopilot untuk mengatur titik terbang dan titik kembali, fitur alarm yang akan memberitahu pengguna tentang kondisi baterai, ketiga fitur telemetri yang memungkinkan drone untuk mengatur GPS melalui tablet untuk menentukan dan mengetahui jalur terbang drone dan keempat fitur pengatur semprot yang memungkinkan pengguna untuk mengarahkan arah semprotan dan mengatur kekuatan semprot.
“Empat fitur ini yang memudahkan penyemprotan dilakukan lebih efisien, presisi dan hasil lebih maksimal,” lanjutnya.
Plant Protection Drone memiliki dimensi 55x55x55 cm, dengan 4 buah rotor yang dapat mengangkat beban maksimal sebesar 4,8 kg dan menjangkau luas 3000 meter dengan ketinggian terbang maksimal 120 meter. Alat ini dapat terbang dengan mode manual kecepatan maksimal 30 m/s sedangkan untuk mode Global Positioning System (GPS) dengan kecepatan maksimal 20 m/s. Sistem penyemprotnya memiliki kapasitas tangki pestisida sebesar 1,35 liter, kecepatan semprot maksimal 2,5 liter/ menit, dan jangkauan penyemprotan sebesar 4 meter. Suplai dayanya menggunakan baterai Lipo dengan kapasitas 6200 mAh yang akan memberikan lama waktu terbang tanpa muatan selama 22 menit dan dengan muatan penuh selama 12 menit. 10 menit dengan muatan.
“Kami berharap drone ini mampu menjadi solusi untuk membasmi hama jamur pada sawit dan akan kami kembangkan untuk fungsi lainnya dalam industry sawit,” pungkas Fauzi.
Inovasi drone ini telah berhasil mendapatkan bantuan pendanaan dari Kemdikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dan akan mengikuti seleksi PIMNAS ke-34. (sdk)