KANAL24, Batu – Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengajak anak muda yang tinggal di pedesaan untuk bisa mengembangkan talenta mereka.
“Desa membutuhkan dan berhak mendapatkan talenta-talenta berkualitas. Selama ini, kita terlalu terperangkap dengan mindset bahwa kesuksesan itu ada di kota. Ini yang menyebabkan terjadinya eksodus talenta, di mana terjadi penumpukan SDM berkualitas di kota sedangkan desa tidak mengalami kemajuan,” ujar Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak saat Rakor Milenial Job Center (MJC) sekaligus pelatihan “Pengembangan Potensi Desa Melalui Metode Digital” di Hotel Purnama, Batu, Selasa (22/6/2021).
Lebih lanjut Emil menjelaskan, keberadaan di desa sangat membutuhkan peran anak-anak muda bertalenta. Lebih dari pada itu, desa juga memiliki potensi untuk berkembang dan berperan aktif pada kemajuan ekonominya.
Hal itu dibuktikan dengan adanya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) desa yang hanya mencatat 0,79 % atau 606 ribu jiwa. Sedang kondisi di kota sendiri, prosentasenya mencapai 69 % atau 2 juta jiwa.
“Tetapi masih ada stigma yang melekat di masyarakat tentang definisi kemapanan. Ini memang tidak bisa langsung diubah, karena ini merupakan mindset yang sudah ditanamkan dari generasi-generasi sebelumnya,” terangnya.
Masyarakat perlu diberikan pemahaman jika keadaannya sudah mulai berubah dengan bergesernya sistem dunia. Apalagi dengan adanya perkembangan digitalisasi, batas-batas ruang dan wilayah sudah buram dan semua orang baik di kota maupun di tempat terpencil memiliki kesempatan yang sama.
“Maka, mau tak mau, freelance dan gig economy merupakan masa depan. Tidak ada lagi batasan ruang dan jam kerja, maupun jenjang karir. Inilah yang diwadahi oleh pemerintah dengan adanya MJC ini. Nah, challenge kita kali ini adalah memaksimalkan potensi desa. Karena, mapannya suatu pekerjaan tidak akan lagi terbatas pada perusahaan di kota saja,” lanjut Emil.
Emil tengah bertekad untuk menjadikan Jatim sebagai provinsi pertama yang menyiapkan generasi mudanya untuk gig economy. Saat ini, sedikit demi sedikit hal tersebut telah terealisasi.
“Itu terlihat dari kenaikan persentase pekerja setengah penganggur (mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal yakni 35 jam seminggu) sebanyak 3,51%, serta persentase pekerja paruh waktu yang naik sebanyak 0,96% dibandingkan Februari 2020,” jelasnya. (sdk)