KANAL24, Malang – Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian Koperasi dan UKM RI, rabu (2/6/2021). Penandatanganan nota kesepahaman ini mencakup sosialisasi program dan kegiatan straetgis, penelitian serta pengkajian isu-isu penting. Kemudian peningkatan kapasitas SDM melalui kegiatan seminar maupun webinar kewirausahaan khususnya wirausaha muda kampus, bimtek, dan juga pendampingan kewirausahaan.
Ketua Umum IKA UB, Prof. Ahmad Erani Yustika mengatakan UB sebagai kampus yang memiliki mahasiswa terbanyak, tiap tahunnya meluluskan kurang lebih 10 ribu alumni. Para alumni dengan jumlah yang luar biasa tersebut terlah tersebar di seluruh nusantara dan di banyak sektor.
Di sisi lain, sebagai kampus yang pola ilmiah pokoknya sejak pertama kali berdiri bobotnya lebih banyak di sektor pedesaan dan pertanian, dengan salah satu fakultas yang diburu oleh mahasiswa sejak dulu hingga hari ini antara lain Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian. Sehingga wajar jika banyak alumni dari UB yang berkecimpung di bidang koperasi maupun UKM. Karena pada skala usaha macam itu banyak dihuni aktifitas ekonomi di sektor pertanian, yang dalam pengertian luas mencakup peternakan, perkebunan.
“Ini merupakan penandatanganan nota kesepahaman pertama kali yang dilakukan oleh IKA UB dengan kementerian. Saya berharap nota kesepahaman ini dapat menjelma dalam kerja-kerja yang efektif di lapangan di hari-hari yang akan datang,” ujarnya.
Senada dengan Erani, Menkop dan UKM Teten Masduki menuturkan bahwa kementeriannya akan mulai meninggalkan model-model pendekatan birokrasi untuk mengembangkan UKM. Ia akan menggeser menjadi pendekatan profesional bekerjasama dengan universitas, dan inkubator swasta. Hal ini perlu dilakukan secara komprehensif, karena jika tidak, produk UKM Indonesia tidak akan berkembang.
“Kami punya ide besar, selain membantu UKM yang existing sekarang yang memang hadir bukan by design, kami juga perlu menyiapkan masa depan UKM Indonesia dengan kapasitas produksi yang memadai, bisa masuk ke market yang besar dan juga memiliki produk yang berdaya saing tinggi,” katanya.
Teten melanjutkan, menurutnya, ada dua problem utama di UKM Indonesia saat ini. Pertama, kapasitas produksi terbatas karena tidak didukung oleh bahan baku dan permodalan. Kedua, daya saing produk kurang, karena peralatan produksi yang ala kadarnya. Oleh karena itu, kemenkop dan UKM memiliki program kewirausahaan by design. Bekerja sama dengan universitas, diharapkan dengan program ini semakin banyak SDM unggul yang dapat menumbuhkan ide-ide kreatif usaha, dan menurutnya ini dimulai sejak menjadi mahasiswa.
“Sejak mahasiswa, apabila kita akomodasi dengan baik, hubungkan dengan pembiayaan, hubungkan dengan market, menurut saya kalau di desain seperti itu jumlah kewirausahaan kita akan naik. UKM kedepan diharapkan menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional. UKM masa depan bisnis modelnya harus inovatif dan juga produknya harus masuk ke sektor teknologi. Bukan hanya digital saja tapi teknologi di engineering. Universitas bisa menjadi bagian dari gerakan ini dan saya senang bisa dimulai dari UB,” tutup Teten. (Meg)