KANAL24, Jakarta – Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Istiono menyebut arus balik lebaran 2021 berjalan normal dan masyarakat kembali dari asal daerahnya menuju Jakarta secara bertahap, sehingga tidak ada kepadatan di satu hari tertentu.
“Kalau kita lihat fluktuasi dari pada arus balik baik dari dari Jawa maupun dari Sumatera sudah 4 hari yang lalu mengalami kenormalan. arus kendaraan lebih kurang 100 ribu kendaraan yang sudah masuk ke Jakarta. Artinya bahwa mudik yang arus balik yang menuju Jakarta dari Jawa maupun Sumatera secara bertahap, tidak ada penumpukan di satu hari. Jadi terbagi arusnya hari per hari mengalir secara bertahap,” ucap Kakorlantas Polri Irjen Pol Istiono melalui NTMC di KM 34 tol Cikampek, Jawa Barat, Minggu (23/5/2021).
Arus kendaraan mengalami kenaikan pada beberapa hari terakhir. Namun, kenaikan itu secara bertahap. Sehingga, saat ini kondisi arus lalu lintas sudah kembali normal seperti sebelum libur lebaran 2021.
“Bahwa volume arus kendaraan yang dari Jawa menuju Jakarta kemarin mengalami kenaikan sebesar 11 persen dan sampai malam hari ini mengalami kenaikan sebesar 6 persen. Arus dari Sumatera menuju Jakarta kemarin mengalami kenaikan 22 persen. Hari ini turun 20 persen,” jelasnya.
Operasi ketupat 2021 dalam rangkap peniadaan mudik memang sudah ditutup pada 17 Mei lalu. Namun Korlantas Polri menerapkan kegiatan rutin yang ditingkatkan (KRYD) dalam rangka pengetatan arus balik lebaran 2021 yang akan berakhir 24 Mei 2021.
Jenderal bintang dua itu juga membeberkan Efektifitas random tes antigen di 149 titik pengetatan selama arus balik lebaran 2021.
“Sangat efektif random antigen yang kita gelar. Yang dari Sumatera menuju Jakarta itu wajib untuk melakukan random cek antigen. Kemudian yang dari Bali, Jawa menuju Jakarta kita lakukan random,” terang dia.
Istiono mengungkap selama 7 hari sejak 15 – 22 Mei, pihaknya dan instansi terkait telah melakukan random cek antigen terhadap 180 ribu orang. Hasilnya 525 orang reaktif COVID-19.
“Data dari tanggal 15 sampai 22 Mei itu sudah kita lakukan yang baik mandatori maupun random sebanyak 180 ribu lebih. Dan yang reaktif 524 orang. Ini sangat efektif. Bayangkan kalau tidak kita lakukan wajib dan random, bagaimana 524 orang itu bisa menularkan yang lain,” ungkapnya.(sdk)