KANAL24, Jakarta – Kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sepanjang tahun 2019 hingga 2021 (2019-20F) diperkirakan akan meningkat, masuk ke jalur pemulihan secara bertahap.
Secara keseluruhan pertumbuhan pendapatan obat-obatan yang diresepkan secara tahunan akan stabil di kisaran 5-7%, dari sekitar 4% rata-rata pertumbuhan investasi tahunan ( CAGR ) pada tahun 2014-2018 (TA14-18). Prospek peningkatan pertumbuhan pendapatan produk berlisensi dan obat generik bermerek menjadi 5,0% dan 2,0% pada 2019-2020, dari rata-rata tahunan 3,2% dan 1,8% dari CAGR di tahun TA14-18.
“Kami juga mengharapkan beberapa pemulihan volume dalam penjualan merek-merek utama Kalbe (mis. Extra Joss), sementara merek yang lain (mis. Zee) seharusnya dapat mempertahankan pangsa pasarnya. Harga jual rata-rata (ASP) dapat tetap baik di tengah daya beli yang melemah,” tulis analis Indo Premier, Kevie Aditya dan Elbert Setiadharma dalam laporan risetnya, Kamis (5/12/2019).
Meskipun pergeseran penjualan ke obat generik tak bermerek sudah mulai stabil, namun mereka melihat laba kotor (GPM) dari pendapatan obat resep masih menurun, dengan laju yang jauh lebih lambat. Rata-rata penurunan GPM pada 2019-21F diperkirakan akan sebesar 20 bps per tahun (vs rata-rata penurunan 170 bps per tahun pada 2014-18).
Para analis menilai, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang stabil seharusnya juga akan membantu memperbaiki GPM. Namun demikian, “Kami masih melihat adanya penurunan terutama dari produk-produk nutrisi karena keterbatasan Kalbe untuk menaikkan harga meskpiun terjadi kenaikan harga susu skim,” Kevie dan Elbert menembahkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan, menurut kedua analis itu, adalah dampakmeningkatnya premi BPJS yang secara bertahap dapat memperbaiki perputaran piutang. Langkah Pemerintah menaikkan premi BPJS dan menargetkan surplus Rp17 triliun pada 2020F, diharapkan akan mendorong pembayaran piutang yang lebih cepat ke Kalbe.
Hingga akhir kuartal II lalu (2Q19), Kalbe mencatatkan hari piutang sekitar 58 hari, dan kemungkinan akan kembali ke sekitar 50 hari dalam beberapa tahun mendatang. “Kami memperkirakan arus kas bebas (FCF) sebesar Rp1,8 triliun dan Rp2,1 triliun di FY20/21F. Dengan kemungkinan normalisasi capex pada 2020F dan seterusnya, kami melihat kemungkinan kenaikan pembayaran dividen Kalbe (c.50% di FY19).
Dengan potensi pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi, analis Indo Premier merekomendasikan pembelian saham
KLBF.
“Kami perkirakan Kalbe akan membukukan pemulihan pendapatan inti sebesar 6,5% CAGR 2019-21F (vs 5,2% CAGR pada 2014-18) yang menopang rekomendasi Beli kami dengan target harga (TP) Rp1.800 (dengan patokan rata-rata 5 tahun).”
Dengan adanya aksi jual pasar yang memicu 1,9% penurunan harga saham dalam sebulan terakhir, Kalbe diperdagangkan dengan harga yang menarik pada 25,9x P/E (deviasi standar sekitar 1 persentil di bawah rata-rata 5 tahun). “Risikonya adalah ketidakpastian regulasi.” (sdk)