KANAL24, Malang – Tandu ambulans merupakan salah satu elemen penting ketika ada kondisi gawat darurat. Tandu ambulans digunakan bila pasien mengalami kesulitan bergerak untuk dipindahkan ke dalam mobil ambulans. Pada kasus evakuasi pasien, tandu lipat lebih efisien dibandingkan tandu beroda. Hal ini dikarenakan tandu lipat lebih portabel, hanya membutuhkan area penyimpanan yang kecil, dan ringan.
Akan tetapi, tandu lipat konvensional memiliki resiko mentransmisikan getaran yang lebih tinggi dibandingkan tandu beroda pada proses evakuasi. Potensi getaran saat evakuasi tandu lipat konvensional dapat diakibatkan oleh perbedaan ketinggian pengangkatan, kelelahan, dan tremor oleh petugas medis.
Melihat fenomena tersebut, tim mahasiswa Vokasi Universitas Brawijaya, yakni Natasya, Anton Hendra Kusuma, dan Diana Novitasari di bawah bimbingan Debri Haryndia Putri, S.T., M.Ds. berhasil menciptakan SAS (Stabilizer Ambulance Stretcher).
“SAS ini adalah perpaduan antara stabilizer dan tandu. Kami tertarik akan prinsip kerja dari stabilizer gimbal kamera yang dapat stabil meskipun digoyang-goyangkan.” kata Natasya selaku ketua tim, Jum’at (20/8/2021).
Prinsip kerja utama dari SAS adalah mengadopsi cara kerja gimbal kamera. Tandu akan diletakkan di atas rongga papan stabilizer dengan sistem gimbal yang memanfaatkan gaya gravitasi dan arah gerak beban pasien yang dibawa, agar tetap stabil tegak lurus dengan gravitasi bumi meskipun terdapat getaran dan goncangan pada jalur evakuasi. Area pegangan yang juga memiliki sumbu putar berfungsi sebagai stabilizer yang memungkinkan tandu untuk seimbang.
“Harapan kami dengan adanya SAS ini adalah proses evakuasi korban baik korban kecelakaan maupun bencana alam menjadi seaman dan senyaman mungkin meski melalui medan miring dan tidak rata,” pungkas Natasya. (Meg)