KANAL24, Malang – Proses pemisahan daging dan pengulitan ikan menjadi salah satu bagian dari kegiatan pasca tangkap ikan bagi nelayan atau industri di bidang perikanan. Dari proses ini kemudian ikan dapat diolah menjadi beragam produk yang siap dilepas ke pasar.
Namun pengelolaan yang dimulai dari pemotongan kepala ikan, filleting hingga pengulitan yang dikerjakan secara manual menjadi persoalan bagi industri perikanan di Nusa Keramba, Pulau Pramuka Jakarta.
“Hasil survey kami rata-rata perhari pegawai disini hanya mampu mengolah 56 ekor ikan saja. Tentu ini belum dapat produktif maksimal,” kata Celencya, Senin (30/8/2021).
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan UB ini bersama empat rekannya yakni Yayang Febriyanto (Manajemen Sumberdaya Perairan 18) – Ketua, Muhammad Fathurrahman (Teknik Mesin 18), Riska Ayu Lestari (Manajemen Sumberdaya Perairan 18), Celencya Trisna Alfaoundra (Manajemen Sumberdaya Perairan 18) dan Anwar (Manajemen Sumberdaya Perairan 20) kemudian tergerak untuk membuat mesin pemisah daging ikan yang lebih ergonomis bagi industri perikanan.
“Kami merancang mesin yang mampu mengolah ikan lebih banyak perharinya,” kata Celencya.
Mesin rancangan mahasiswa UB ini terdiri dari tiga bagian yaitu pemotong kepala ikan, pemisah daging dan pengulitan ikan. Mesin ini memiliki kelebihan karena mampu mengolah berbagai ukuran ikan dengan kapasitas hingga 1800 ekor perhari.
“Peningkatannya lebih banyak jika menggunakan mesin ini sehingga industri pengolahan ikan bisa lebih produktif,” kata Anwar anggota tim lainnya.
Mesin yang dirancang dengan dana Dikti melalui Program Kreatifitas Mahasiswa ini diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan produktifitas pabrik pengolahan ikan yang ada di Pulau Pramuka Jakarta.
“Kami ujicoba di kawasan pulau pramuka dulu yaitu di PT. Nusa Keramba sebagai mitra. Sampai saat ini hasil ujicoba berjalan baik dan lancar,” tutup Anwar. (sdk)