Oleh: dr. Ayunda Dewi Putri JP, Dosen FK UB Malang
Lebaran merupakan momen yang dinantikan banyak pihak. Tak terkecuali budaya mudik. Masyarakat berbondong-bondong pulang kampung demi mendapatkan momen. Mudik, menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Indonesia yang dirayakan secara sosial, kultural juga menyentuh sisi emosional. Namun sayangnya, pandemi COVID-19 masih berlangsung dan terus saja menambah deretan korban jiwa. Pemerintah Indonesia akhirnya mengeluarkan aturan untuk melarang mudik. Apakah aturan mudik memiliki efek langsung pada kesehatan?
Kebijakan melarang mudik di negara lain
Bisa dikatakan tidak hanya di Indonesia, masyarakat di seluruh dunia sebetulnya tidak ada yang benar-benar siap menghadapi pandemi yang memiliki potensi berkepanjangan ini. Utamanya pada kebutuhan sosial untuk berinteraksi secara langsung. Contoh kasus di UK Desember 2020, pemerintah setempat meningkatkan keketatan lockdown saat liburan natal karena peningkatan kasus COVID-19 ditambah munculnya varian baru COVID-19. Kebijakan itu mengatur hingga menutup toko yang menjual sembako.
Larangan bepergian dan menghindari kerumunan bukanlah hal baru dalam pandemic ini. Setidaknya ada delapan negara yaitu Belanda, Denmark, Korea selatan, Inggris, Italia, Jerman, Swedia hingga Australia yang melakukan kebijakan pelarangan bepergian selama liburan natal dan tahun baru lalu. Upaya ini dipercaya meredam peningkatan penyebaran kasus COVID-19 di wilayahnya.
Mengatasi berbagai determinan sosial untuk menanggulangi COVID-19
Beberapa determinan sosial kesehatan termasuk kemiskinan, lingkungan fisik terkait paparan asap rokok, ras etnis disebut memiliki efek terhadap kondisi COVID-19. Penekanan pada menjaga jarak untuk mencegah penularan merupakan sesuatu yang sulit bagi banyak kelompok budaya. Pendekatan medis tidak cukup untuk menangani berbagai faktor ini. Diperlukan kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan dan melibatkan pendekatan sosiokultural.
Ancaman terhadap kesehatan mental juga menjadi salah satu isu yang berkembang dalam menghadapi larangan mudik. Kepentingan untuk bertemu sanak saudara yang sudah tertunda tahun lalu terjadi kembali di tahun ini. Meski begitu pemerintah dan pihak terkait memberikan solusi mudik digital dalam arti menggunakan teknologi komunikasi untuk saling melepas rindu.
Bijak menyikapi kebijakan larangan mudik bagi setiap orang
Pada akhirnya yang perlu ditekankan pada seluruh masyarakat adalah risiko tertular COVID-19 masih akan terus ada. Protokol kesehatan penggunaan masker, mencuci tangan menjaga jarak adalah bagian dari gaya hidup. Menghindari paparan bertemu keramaian dalam tuang tertutup juga penting untuk dilakukan secara disiplin. Mengingat budaya masyarakat yang memiliki kecenderungan untuk berkumpul dan merayakan hari spesial dalam beribadah. Jangan sampai kita membahayakan kelompok yang rentan secara usia seperti lansia maupun kelompok yang memiliki penyakit komorbid. (*)