KANAL24, Malang – Penerapan kebijakan Physical Distancing hingga Stay at Home, memengaruhi anjloknya pendapatan tranportasi online di berbagai negara imbas Covid-19.
Dikatakan CEO & Co-founder Grab, Anthony Tan, Grab saat ini tengah bersiap menghadapi resesi ekonomi akibat wabah Covid-19. Saat ini perusahaan beroperasi di 339 kota yang tersebar di delapan negara, terutama Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
“Persentase GMV (omzet) bisnis transportasi kami turun dua digit di beberapa negara,” ungkap Tan, pada Jumat (17/4/2020) sebagaimana dilansir dari idxchannel.
Grab diketahui memiliki banyak fitur didalam aplikasinya, ini cukup membantu menstabilkan pendapatan Grab akibat menurunnya omzet dari tranportasi online dengan mendongkrak bisnis antar makanan (food delivery) dan bahan pokok (groceries).
Melalui GMV (Gross Merchandising Value) yakni metode mengukur omzet yang dihasilkan dari penjualan barang dan jasa dari platform startup, Tan mengakui kenaikan bisnis di luar transportasi online saat ini belum menutupi penurunan omzet transportasi online.
Namun, Ditegaskan Tan bahwa hal tersebut bersifat sementara karena tranportasi online tetap menjadi bisnis inti (core business) Grab.
Tan tetap optimis, jika dilihat masa setelah adanya pandemic covid-19, transportasi tetap menjadi pasar yang penting. “Sehingga kami memilih mengantisipasi tingginya permintaan setelah lockdown,” tambahnya.
Adanya kebijakan di atas serta masih adanya penyebaran Covid-19 itu sangat memengaruhi penghasilan mitra pengemudi Grab.
Sejatinya perusahaan telah menginvestasikan hampir USD40 juta untuk membantu mitra Grab, termasuk yang terpapar Covid-19.
“Diharapkan mereka bisa fokus memulihkan diri dan tidak terlalu memikirkan mereka makan apa,” tandas Tan.(sdk)