KANAL24, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai produk batik nasional potensial untuk terus digenjot ekspornya. Tercatat nilai ekspor dari industri batik nasional pada semester I tahun 2019, mencapai USD17,99 juta. Sementara itu, sepanjang tahun 2018, tembus hingga USD52 juta.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka ( IKMA ) Kemenperin, Gati Wibawaningsih, mengatakan beberapa negara tujuan utama pengapalan produk batik nasional antara lain ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Ditegaskannya batik nasional yang sudah diakui oleh UNESCO ini dapat menjadi salah satu pilar dari pertumbuhan sektor industri manufaktur.
“Dengan nilai perdagangan dunia untuk produk pakaian jadi yang mencapai USD442 miliar, industri batik kita berpeluang besar untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat kain lembaran batik juga merupakan salah satu bahan baku produk pakaian jadi, kata Gati di Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Ditambahkannya, bahwa industri batik merupakan salah satu sektor yang cukup banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47 ribu unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang.
“Selain itu, industri batik yang merupakan bagian dari industri tesktil dan busana, juga menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” ulasnya.
Industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar. Oleh karena itu, bergulirnya era revolusi industri 4.0, memunculkan berbagai teknologi canggih yang dapat membuat dunia batik nasional semakin berdaya saing.
“Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ungkapnya. (sdk)