KANAL24, Malang – Pembentukan klinik pertanian modern, dapat digunakan sebagai layanan kepada masyarakat dan juga sebagai wahana yang dapat mendorong capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Universitas Brawijaya. Pernyataan ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian UB, Dr. Damanhuri dalam Lokakarya “Penyamaan Persepsi Pengembangan Desain Klinik Pertanian”, Minggu (15/8/2021).
Dekan Damanhuri mengatakan, lokakarya merupakan rangkaian pelaksanaan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) PS Agroekoteknologi FP-UB tahun 2021, dengan harapan hasil dari lokakarya ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukan konsep dan desain Unit Klinik Pertanian dan Knowledge Management.
Sementara itu, Ir. Novianto seorang Chain Manager South East Asia di Rijk Zwaan BV yang menjadi pemateri menggarisbawahi tentang perlunya upgrade SDM pertanian yang masih kurang kompeten padahal dituntut inovasi pesat untuk menghadapi modernisasi dan kompleknya persaingan global yang luar biasa.
“Perguruan tinggi harus bisa lebih berperan dan mampu mengantisipasi global trend dengan terus menyesuaikan dinamika teknologi, pasar dan lingkungan dalam bisnis pertanian melalui penyempurnaan kurikulumnya,” katanya.
Di sisi lain, Ir. Tonny Koestoni Moekasan yang merupakan peneliti utama Balitsa sekaligus pengelola Klinik Pertanian MyAgri, menyampaikan masalah-masalah unik yang sering ditemukan selama pelayanan dan pengelolaan klinik pertanian semenjak 2015. Poin yang digarisbawahi adalah, bagaimanapun layanan klinik pertanian itu dapat diberikan, namun layanan yang sifatnya simple, mudah dan murah, misalnya dengan aplikasi berbasis android, seperti WhatsApp, dan penyampaian momen interaktif masih menjadi pilihan yang diinginkan baik dari sisi pengelola maupun sisi masyarakat pengguna.
Lokakarya yang dihadiri oleh peserta dari profesi penyuluh pertanian, akademisi, mahasiswa, petani, dan pengusaha atau pemerhati pertanian dengan total peserta sebanyak 240 orang tersebut menghasilkan kesimpulan, bahwa perlu dilakukan redifinisi dari klinik pertanian konvensional dengan klinik pertanian era 4.0. Sehingga dalam rangka pembentukannya perlu redesain atau minimal ada modifikasi dari konsep klinik yang umum dipahami saat ini. Sedangkan untuk langkah selanjutnya, pelibatan para pakar baik dari petani, konseptor, pendidikan, komunikator, ahli IT dan ahli-ahli lain yang terkait sangat penting dalam mewujudkan lahirnya sebuah klinik pertanian modern yang dimiliki oleh Universitas Brawijaya. (Meg)