Pertama kali mengetahui sosoknya dalam sebuah acara Kick Andi yang temanya “Petani itu Keren”. Sampai pada 2019 lalu saya berkesempatan bertemu langsung dengan Kang Sandi Okta Susila ini dalam acara seminar bersama Mahasiswa Agronomi UNSRI di Indralaya waktu itu.
Mendengar kisahnya secara langsung saat awal membangun usaha hingga saat ini bisa kita lihat kesuksesannya yang menunjukkan dengan bangga bahwa menjadi petani itu keren. Orangnya masih muda umurnya baru 27 tahun. Lahan miliknya sendiri ada 8 hektar. Selain menggarap lahan pribadinya dan mengelola sekitar 70 hektar di PTPN 8.
Jadi petani yang tidak punya lahan bisa menyewa di sana, dan bisa kerja sama dengan Kang Sandi ini. Mitra Tani Parahyangan adalah sebuah perusahaan di bidang perdagangan hasil pertanian milik Kang Sandi. Hasil pertanian dari 373 petani berhasil ditampung olehnya, tentu penyuluhan mulai dari di lapang hingga pemasaran ini sangat membantu kesejahteraan petani. Kualitas produk hasil pertanian dari mitra tani Parahyangan ini sudah tidak diragukan lagi dan membuat beberapa hotel, restoran, dan catering di Cianjur, Bogor, dan di sekitarnya banyak yang mau bekerja sama. Jadi mereka memasok komoditas sayurannya di Mitra Tani Parahyangan.
Memulai bisnisnya pada semester 5, masih kuliah udah bisnis. Kang Sandi ini adalah lulusan S1 dari IPB, tepatnya di Agronomi dan Hortikultura. Lalu S2nya mengambil Agrikultur, bisnis, dan manajemen. Jadi selagi menjadi mahasiswa semester 5 waktu itu secara sembunyi-sembunyi karena orang tuanya tidak tahu kalau dia memulai bisnis itu, dia mulai membangun channel dan melihat peluang pasar dari beberapa komoditas pertanian.
Karena Ayahnya waktu itu memintanya untuk menjadi dosen, tapi ia lebih memilih untuk menjadi petani. Sampai akhirnya kedua orangtuanya mengetahui setelah sudah mulai membaik keadaan bisnisnya. Tapi waktu itu pernah satu kali Kang Sandi ini tertipu dan kehilangan uang sebesar Rp130juta, uang yang tidak sedikit bukan. Dari situ ia mulai bangkit lagi untuk berjuang lebih keras untuk bisnisnya. Sampai ayahnya mengetahui dari kejadian itu, dan dari keterpurukan itu ayahnya berpesan, “Nak, Tuhan itu tidak pernah memberikan suatu masalah di luar kapasitas umatnya.” Itulah pesan yang menguatkan sebelum Ayahnya meninggal. Sampai ada event PIMNAS yang diadakan di IPB untuk mensuplai 15rb mahasiswa, diambillah kesempatan itu. Dari modal Rp130juta yang dipinjamnya lagi, omzetnya waktu itu jadi kurang lebih Rp300juta.
Pertanian Terpadu, Solusi untuk Era 4.0
Semangatnya menjadi terpacu kembali. Itu di awal bisnisnya, sekarang sudah berapa ya omzetnya? Mungkin sudah berlipat-lipat, atau sudah mencapai angka miliaran? Katanya, ia ingin menjadi bagian dari paradigma para petani saat ini. Petani yang identik dengan kemiskinan, maka dengan kiprahnya ini dia bisa tunjukkan ke semuanya bahwa petani itu bisa. Bisnis di bidang pertanian tidak akan mati selagi manusia itu masih ada.
Sosoknya yang humble dan sangat terbuka untuk membagikan ilmunya kepada siapa saja ini tentu menarik bagi banyak orang untuk belajar darinya. Petani milenial ternyata bisa berbuat sesuatu.
Menjadi petani itu keren bukan? Saat ini, Sandi Okta Susila juga menjadi Ketua umum Duta Petani Milenial Indonesia, dan telah meraih penghargaan program Kick Andy Heroes 2020. Jadi, kapan bisa mengikuti jejaknya? (*)
Penulis : Martina Mulia Dewi mahasiswa agribisnis FP UB