KANAL24, Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menilai, bisnis UMKM saat ini perlahan sudah kembali bergeliat sehingga menjadi peluang bagi BBRI untuk lebih aktif memberikan suntikan pembiayaan.
Direktur Utama BBRI, Sunarso, mengatakan optimisme sektor UMKM untuk bangkit tersebut tercermin dari hasil survei BRI Micro & SME Index (BMSI) terbaru. BMSI mencatat adanya kenaikan signifikan Indeks Aktivitas Bisnis (IAB), Indeks Ekspektasi Aktivitas Bisnis (IEAB), dan Indeks Sentimen Bisnis (ISB) per triwulan I tahun ini dibandingkan periode sebelumnya (triwulan IV 2020).
Menurut Sunarso, BMSI meningkat menjadi 93 dari kuartal sebelumnya di angka 81,5. Selain itu, pelaku UMKM juga semakin optimis terhadap prospek usahanya yang ditunjukkan oleh indeks ekspektasi BMSI yang naik signifikan ke 128 dari 105,4 di kuartal sebelumnya.
“Berdasarkan riset BMSI terbaru dari BRI Research Institute, kami optimis ke depannya perbaikan kondisi ekonomi bisa semakin cepat terjadi, dan status resesi akibat pandemi segera berakhir di Indonesia. BRI akan terus mendorong UMKM sebagai penggerak pada proses pemulihan ini,” kata Sunarso dalam keterangannya, Senin (17/5/2021).
Sejalan dengan kenaikan BMSI dan ekspektasinya, persepsi pelaku UMKM juga meningkat terhadap perekonomian secara umum. Indeks Sentimen Bisnis (ISB) pelaku UMKM meningkat signifikan ke 115,5 dari 90,2 pada kuartal sebelumnya.
Kenaikan ketiga indeks, yaitu IAB, IEAB, dan ISB menunjukkan mulai berputarnya aktivitas UMKM di lapangan, tingginya optimisme mereka atas kondisi yang lebih baik ke depannya, serta terjaganya pandangan positif pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian secara umum.
Sunarso menyebut optimisme yang tergambar pada riset tersebut disebabkan sejumlah hal. Pertama, meningkatnya aktivitas masyarakat karena infeksi baru dan kasus aktif Covid-19 terus turun, di tengah makin meluasnya vaksinasi.
Kedua, naiknya produksi sejumlah barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat Imlek pada Februari lalu, dan menjelang Idul Fitri pada pertengahan Mei ini. Ketiga, terjadinya panen raya di sejumlah daerah yang mendorong kenaikan harga komoditas.
“Terakhir, perbaikan kondisi terjadi akibat relaksasi dari pemerintah kepada pengusaha sektor properti dan relaksasi pembelian rumah baru,” jelasnya.(sdk)